INDOBALINEWS - Maraknya penyebaran berita palsu atau hoaks semakin menguatkan kebutuhan perlunya pemahaman terhadap literasi digital. I Made Adnyana, Dosen Bahasa Indonesia dan Daerah FKIP Universitas PGRI Mahadewa, mengatakan, pemahaman literasi digital akan membuat masyarakat lebih mengerti mengenai etika dalam menggunakan internet, terutama media sosial (medsos).
“Kebebasan dalam negara berdemokrasi juga bukan tanpa batas. Ada caranya. Masyarakat bisa menyampaikan kebebasan berpendapat dengan cara dan sarana yang benar,” kata Made Adnyana saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital di Denpasar pada Selasa 8 Juni 2021.
Lebih lanjut ia mengatakan kebebasan mengungkapkan hal apapun terkait di medsos ini harus dilihat sebagai keseimbangan antara berdemokrasi dengan toleransi.
Menurutnya, demokrasi di Indonesia adalah yang menjunjung tinggi keanekaragaman. Indonesia adalah bangsa yang penuh toleransi, sangat menghargai dan menghormati perbedaan dan keanekaragaman.
Namun faktanya adalah penyebaran pesan intoleran cenderung meningkat di medos. “Internet memberikan peluang terjadinya hoaks dan intoleren. Penyebaran kebencian melalui medsos ini sebagai gejala intoleransi. Penyebabnya karena edukasi mengenai etika di internet masih kurang. Itulah pentingnya literasi digital,” ujarnya.
Baca Juga: Ber-KTP Jakarta, Seorang Pria Ditemukan Meninggal dalam Kamar Hotel di Seminyak Bali
Ia sangat berharap, ujaran kebencian , kekerasan dan diskriminasi perlu dibatasi sebelum viral dan menjadi kekerasan. Pengguna medsos memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri, lingkungan sekitar tehadao hari ini dan masa depan. “Buat narasi menyejukkan, buka konten berbau kebencian, radikalisme, terorisme dan intoleransi,” tandasnya.
Sementara itu pembicara lain Nannette Jacobus, Account Manager Frente Indonesia Social Media Enthusiast, berpendapat bahwa masyarakat perlu kembali mengingat nilai-nilai luhur bangsa yang menghargai keberagaman toleransi dan bertenggangrasa.