Sekelumit Kisah Made Wirna, Galungan di Tengah Pandemi Covid

- 15 September 2020, 14:11 WIB
Penjor/ instagram.com/@umahpenjor
Penjor/ instagram.com/@umahpenjor /shira ade/instagram.com/@umahpenjor

Sedari pukul empat dini hari, keluarga Made Wirna telah sibuk mempersiapkan bahan masakan untuk keperluan ritual. Hari ini, Selasa 15 September 2020, keluarga kecil itu akan membuat lawar getih. Daging babi serta bumbu yang telah dua hari lalu dibeli, kini mulai diolah.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Sunset Point di Amed Karangasem

Mengolah daging, selalu menjadi ciri khas pada momentum ini. Dalam banyak literatur kuno, seperti lontar Sundarigama, penampahan galungan menjadi saat untuk menetralisir energi yang disebut sang kala tiga, untuk kembali ke sumbernya.

Umumnya di Bali, babi selalu menjadi sarana saat penampahan galungan. memotong babi saat penampahan, memiliki makna untuk mengalahkan sad ripu atau enam sifat buruk dalam diri manusia.

Babi itu niyasa dari sifat rajas-tamas itu. Memotong hewan korban baik babi dan atau ayam itu niyasa mengalahkan Rajas-Tamas.

Baca Juga: Krematorium Penuh Jasad Korban Covid-19 Dipindah Keluar Kota

"Tak tak tak," suara benturan pisau daging dengan telenan terdengar bersaut-sautan. Sementara itu, istri Made Wirna, Nyoman Suryati dan anak perempuanya, Ni Luh Damayanti sibuk metanding canang (merangkai-bunga serta sarana ritual lainya-red) untuk upacara esok hari. Penjor juga telah berdiri kemarin.

Anggota keluarga yang pada hari-hari biasanya sibuk dengan urusan masing-masing, kali ini tumpah ruah untuk menyongsong hari kemenangan dharma atas adharma itu.

Sebelum jam tengah hari, segala pekerjaan dapur akhirnya selesai. Walau situasi kini sedang sulit, dengan penuh pengharapan, keluarga itu menikmati kebersamaan Galungan dengan suka cita.(***)

 

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x