Seperti yang dikatakan oleh I Gede Herdrawan, Ph.D., akademisi yang juga ahli Oceanografi Unud bahwa Bali takkan berhenti pada istilah darurat sampah. Selain produk rumah tangga, sampah di Bali merupakan kiriman dari daerah lainnya di Indonesia.
“Sampah kiriman ini datang pada puncak musim barat yakni Desember, Januari dan Februari,” tegasnya dalam acara Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) yang dimotori ketua Agustinus Apolonaris KD, Kamis 16 Maret 2022.
Baca Juga: Penertiban Bule Nakal di Bali Harus Dilakukan Secara Bijak dan Selektif
FGD juga menampilkan narasumber lain, I Putu Ivan Yunatana, Ketua APSI Bali Nusa Tenggara yang juga founder Bali waste Cykle.
FGD yang mengangkat topik Bali Darurat Sampah tersebut dihadiri puluhan wartawan dan pengelola media baik cetak, elektronik dan media online di wilayah Bali.
Selain dari kalangan media, FGD juga dihadiri sejumlah mahasiswa peduli sampah dari sejumlah perguruan tinggi di Bali.
Baca Juga: Suka Jastip Obat Impor? Waspada Hal Ini
Dia mengatakan dari jumlah 4.200 ton sampah per hari, 30 persennya merupakan sampah plastik dan sisanya 70 persen merupakan sampah organik.
“Tercatat 30 persen merupakan sampah plastik,” tegasnya.
Hendrawan juga menyampaikan dampak sampah bagi destinasi wisata Kuta yang bisa mengikis kecantikannya dan dampaknya bagi kesehatan.