Alami Siklus Tidak Pasti, Tol Laut Tetap Beroperasi

- 16 September 2020, 10:20 WIB
Pekerja dengan alat berat memindahkan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/1/2020). Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada 2019 mengalami defisit sebesar 3,2 miliar dolar Amerika Serikat atau lebih kecil bahkan hampir sepertiga dari defisit yang terjadi pada 2018 yaitu 8,6 miliar dolar Amerika Serikat. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Pekerja dengan alat berat memindahkan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/1/2020). Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada 2019 mengalami defisit sebesar 3,2 miliar dolar Amerika Serikat atau lebih kecil bahkan hampir sepertiga dari defisit yang terjadi pada 2018 yaitu 8,6 miliar dolar Amerika Serikat. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc. /SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

Baca Juga: Hari Libur dan Cuti Bersama 2021, Ini Rinciannya

Dengan berbagai kemudahan dikakukan beberapa diskresi. Antara lain, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) melakukan diskon tarif dll.

"Nah ini sekarang kita harus dorong industri supaya melakukan kegiatan dengan baik supaya nanti kapal yang terutama di daerah T3 (terluar, tertinggal, terpencil) bisa muatan baliknya ada. Sekarang mulai tumbuh tapi belum signfikan,” katanya.

Antoni mengatakan, Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perhubungan Laut telah menyiapkan ketersediaan sarana prasarana angkutan laut sejumlah 157 armada kapal yang terdiri dari 15 kapal tol laut, 6 kapal ternak dan 116 kapal perintis. Selain itu, Ditjen Hubla juga menyiapkan 20 kapal rede dan 138 kapal pelra.

Baca Juga: Tidak Perlu Surat Ijin Keluar Masuk (SIKM) di PSBB Jakarta Kali Ini

Dia menyampaikan beberapa hasil evaluasi pada program tol laut untuk mendorong perekonomian di masa pandemi Covid-19. Pertama, program tol laut berdampak pada penurunan tingkat harga barang kebutuhan pokok dengan variasi sebesar -3,1% (data SP2KP – Kemendag) dan -3,8% (PIHPS – BI).

Selanjutnya, program tol laut berdampak pada penurunan disparitas harga barang kebutuhan pokok antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia sebesar dengan variasi sebesar -14,1% (PIHPS – BI) dan -17,3% (data SP2KP – Kemendag).

Baca Juga: PSBB Lagi di Jakarta! Ini 7 Tips Bepergian Dengan KRL

Menurut dia, program tol laut juga menguntungkan bagi kegiatan perdagangan sebagian besar komoditas pangan strategis, terutama ikan segar, cabai dan bawang. Program ini juga memberikan dampak positif bagi penurunan biaya logistic end-to-end dalam pendistribusian barang kebutuhan pokok, yakni sebesar -5,5% (rata-rata nasional).

Antoni menegaskan, prinsipnya adalah konektivitas tetap terjaga selama pandemi Covid-19 supaya arus logistik tidak terganggu. Walaupun penumpang dibatasi tetapi angkutan barang masih ada sehingga perputaran barang tetap terjaga selaras dengan perputaran uang. “Itu yang kami jaga agar konektivitas tidak terganggu,” ujarnya. (***)

Halaman:

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x