INDOBALINEWS - Menjadi pengrajin tampaknya memang sudah mendarah daging bagi warga Desa Tutul, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember ini.
Sejarah mencatat bahwa pembuatan kerajinan di desa ini sudah berlangsung sejak 1970-an. Kala itu warga desa ini banyak menemukan tumpukan-tumpukan kayu yang hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
Dalam perjalanannya, tumpukan kayu yang banyak itu, oleh beberapa orang, kemudian diolah dan dimanfaatkan untuk menjadi barang keperluan sehari-hari.
Baca Juga: Christiano Ronaldo Sembuh Covid-19, Giliran Pemain Klub Serie A Terinfeksi
Awalnya mereka membuat gelang dan tasbih untuk dipakai sendiri dan dipasarkan di sekitar desa. Namun setelah dipasarkan rupanya sambutan pasar bagus.
Dari situlah kemudian warga lain ikut memanfaatkan sisa-sisa kayu itu untuk dibuat aksesoris. Dan kini sebagian besar warga Desa Tutul memiliki kesibukan menjadi pengrajin.
Baca Juga: 2 Gebrakan Mira Lesmana di Masa Pandemi, Petualangan Sherina 2 dan Animasinya
Pada umumnya pengrajin di Desa Tutul menggunakan jenis-jenis kayu seperti kayu asem, kayu kokon, dan kayu gaharu. Namun pemilihan kayu ini juga tergantung permintaan.
Potongan-potongan kayu itu lalu diolah dan dibentuk menjadi beberapa macam aksesoris. Ada tasbih, gelang, kalung, cangklong rokok, dan lainnya.