INDOBALINEWS - Kampanye Premier League ‘Boot Out Piracy’ kembali digelar untuk musim ketiga di Indonesia.
Para pemain Premier League dari berbagai club, termasuk Liverpool dan Manchester City bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran akan bahayanya streaming ilegal di Indonesia.
Kampanye ini sebagai bagian dari ‘Boot Out Piracy’ Liga yang diluncurkan Senin 3 Oktober 2022.
Pada musim ini kampanye menampilkan para bintang Premier League termasuk bek Liverpool Trent Alexander-Arnold, Ilkay Gundogan dari Manchester City, penyerang Leicester City Jamie Vardy dan Jack Harrison dari Leeds United.
Baca Juga: Ini Tanggung Jawab Masing Masing Tersangka dalam Tragedi Kanjuruhan
Mereka muncul dalam seri video yang akan tampil pada berbagai media siaran dan digital untuk meningkatkan kesadaran akan risiko keamanan dalam menyaksikan sepak bola Premier League atau Liga Premier melalui situs dan perangkat ilegal, maupun gangguan menonton akibat streaming ilegal.
Para penggemar yang menyaksikan melalui situs web atau perangkat ilegal, berpotensi mengalami risiko peretasan akun bank, pencurian identitas, atau terkena pemblokiran perangkat untuk dimintai tebusan.
Kenikmatan menonton mereka juga akan terganggu oleh mutu video yang tidak optimal, delay atau jeda, dan berbagai iklan pop-up.
Riset yang dilakukan oleh para pakar di industri ini menunjukkan bahwa siapa pun yang melakukan streaming secara ilegal akan mempunyai risiko tinggi terkena bahaya malware atau ransomware serta meningkatkan peluang menjadi korban kejahatan dunia maya.
Profesor Paul Watters, konsultan keamanan dan periset siber, yang juga Asisten Profesor pada La Trobe University, Australia, mengatakan bahwa pada studi terakhirnya di Asia menemukan sejumlah contoh konsumen yang terdampak secara negatif oleh malware dan ransomware akibat mengunjungi berbagai situs pembajak.
Baca Juga: Sandiaga Uno: Ekonomi Kreatif Penggerak Utama Pertumbuhan Ekonomi Pasca Pandemi
Hal ini bisa menyebabkan pengguna kehilangan data, atau terpaksa membayar tebusan untuk memulihkan kembali data miliknya.
Dikatakannya rata-rata pengguna memiliki 57% peluang untuk mengunduh aplikasi bajakan dengan malware bawaan. Studi saya juga menunjukkan bahwa umumnya waktu untuk mengusik suatu perangkat hanya 43 detik.
“Para operator situs bajakan hanya tertarik untuk menghasilkan uang ilegal. Mereka menawarkan pembajakan sebagai umpan, dan ketika Anda memakan umpan itu, perangkat Anda dapat menjadi sumber infeksi bagi Anda, keluarga, atau tempat kerja Anda," ujarnya dalam siaran resmi Premier League yang dikutip Jumat 7 Oktober 2022.
Baca Juga: Banjir Jakarta, 3 Siswa Kehilangan Nyawa Tertimpa Tembok Roboh tak Mampu Tahan Volume Air
Premier League atau Liga Premier juga bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk melawan tindakan kriminal terhadap operator situs web dan pemasok perangkat streaming terlarang di seluruh kawasan.
Selain itu, sejak pendirian kantornya di Asia-Pasifik tiga tahun lalu, Liga Inggris telah memblokir ratusan situs ilegal di Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Thailand.
Penasihat Umum Premier League, Kevin Plumb mengatakan tahu bagian kecil dari penggemar Premier League di Indonesia masih membiarkan diri mereka pada risiko invasi keamanan siber dan pencurian identitas dengan streaming pertandingan di situs web ilegal.
Ia menyarankan tidak ada gunanya mengambil risiko itu karena kami tahu situs-situs itu berisi konten berbahaya yang dapat membuat orang terpapar berbagai masalah.
“Kami mendorong mereka yang masih memilih untuk menonton sepak bola Premier League melalui streaming ilegal untuk justru menikmati pertandingan Premier League dengan cara terbaik dan paling aman melalui mitra siaran resmi kami," tegasnya.
Di Indonesia, Premier League bekerja sama dengan mitra siaran lokal Emtek dalam mengkampanyekan ‘Boot Out Piracy’.
Baca Juga: Soal Anies Baswedan Jadi Capres, Ini Kata Sandiaga Uno
Penasihat Umum bidang Hukum, Risiko Bisnis, dan Anti-Pembajakan, Gina Golda Pangaila mengatakan, sebagai pemegang lisensi eksklusif hak cipta konten Premier League di Indonesia dan pemilik merek Vidio, Vidio sangat serius dan berkomitmen untuk melindungi hak eksklusifnya.
"Dengan mengambil tindakan apa pun termasuk upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Vidio tidak akan segan-segan untuk mengejar dan mengajukan tuntutan pidana terhadap segala macam pembajakan di berbagai platform, termasuk mereka yang melakukan streaming ulang di YouTube, Facebook, TikTok, Telegram, WhatsApp, dan platform streaming lainnya," jelas Gina berbicara atas nama Vidio, platform OTT yang dimiliki oleh perusahaan media multi platform, Emtek. ***