INDOBALINEWS - Umat Hindu di Bali sangat kental dengan beberapa hari suci yang penuh dengan makna dan sakral, salah satunya adalah hari Kajeng Kliwon.
Kajeng Kliwon merupakan salah satu hari suci yang dianggap sangat sakral oleh umat Hindu di Bali karena pertemuan antara Kajeng dengan Kliwon sebagai energi alam semesta, Hal ini disebabkan karena kekuatan negatif dari dalam diri maupun dari luar yang mudah muncul dan mengganggu kehidupan manusia.
Baca Juga: Sambut Galungan, Mengenal Sejarah dan Makna Sugihan
Menurut Lontar Kala Maya Tattwa Kajeng sendiri merupakan hari prabhawanya dari Sang Hyang Durga Dewi yang merupakan perwujudan dari Ahamkara yang merupakan perwujudan dari kekuaran Bhuta, Kala, dan Durha yang ada di muka bumi. Sementara Kliwon merupakan hari prabawanya dari Sang Hyang Siwa sebagai keturunan dharma yang merupakan perwujudan dari kekuatan dewa.
Menyatukan unsur kekuatan Siwa dan Durga akan melahirkan kekuatan Dharma Wisesa, sehingga melahirkan kesedihan, kesakitan, dan kemandirian, yang selalu dikendalikan oleh kekuatan Dharma atau kebaikan.
Dosen Agama Fakultas Pendidikan Universitas Hindu Indonesia, Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M Si, menyatakan bahwa pada saat hari Kajeng Kliwon sangat baik sekali untuk melakukan beberapa kegiatan suci keagamaan.
“Perhitungan Kajeng Kliwon memiliki makna tertentu, dan umat Hindu di Bali meyakini pertemuan ini sangat bagus untuk melakukan upacara pasupati dan umat Hindu pada saat ini wajib melakukan persembahyangan dan memberikan banten segehan,” ujar Ida Bagus Purwa Sidemen.
Terdapat tiga macam Kejeng Kliwon yang disakralkan umat Hindu di Bali, salah satunya adalah Kajeng Kliwon Enyitan.
Dikutip dari buku Kearifan Lokal Bali oleh IGNA Wijaya(2021), Kajeng Kliwon Uwudan adalah Kajeng Kliwon yang jatuh setelah terjadinya purnama. Sedangkan Kajeng Kliwon Enyitan adalah Kajeng Kliwon yang dilaksanakan setelah bulan mati atau Tilem. Di sisi lain, Kajeng Kliwon Pamelastali adalah Kajeng Kliwon yang dilaksanakan setiap hari Minggu pada Wuku Watugunung dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali.
Kajeng Kliwon diperingati sebagai hari turunnya para bhuta untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama. Pada hari tersebut para bhuta muncul untuk menilai manusia yang melaksanakan kebaikan atau dharma.
Kajeng Kliwon Enyitan kali ini sangat berbeda dengan biasanya karena bertepatan dengan hari raya Sugihan Bali yang jatuh pada 30 Desember 2022 dan juga untuk menyambut hari suci Galungan yang mana pada saat Sugihan Bali kita melakukan pembersihan pada diri kita atau Bhuana Alit lalu disucikan kembali pikiran dan perbuatan kita pada saat Kajeng Kliwon Enyitan.
“Sehingga pada saat hari raya Galungan nanti yang jatuh pada 4 Januari 2023 umat Hindu di Bali sudah sangat bersih baik itu alam semesta dan dirinya sendiri sehingga apapun yang diharapkan dengan hati yang tulus dan bersih maka semua berjalan sesuai denga harapannya,” ujarnya. ***
**. Sumber : wawancara Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M Si selaku Dosen Agama Fakultas Pendidikan Universitas Hindu Indonesia