Di Manggarai Barat, 5.520 Ekor Babi Mati Akibat Virus ASF

- 2 Maret 2021, 22:04 WIB
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat drh Theresia Primadona Asmon.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat drh Theresia Primadona Asmon. /Indobalinews/Istimewa

INDOBALINEWS - Sebanyak 5.520 ekor babi mati akibat virus demam babi Afrika atau African Swine Dever (ASF), di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Angka tersebut sesuai dengan laporan yang diterima Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat, periode September - Desember 2020 dan Januari - Februari 2021.

Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat drh Theresia Primadona Asmon, saat ditemui usai mendampingi Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat dalam konferensi pers di Aula Kantor Bupati Manggarai Barat, di Labuan Bajo, Selasa 2 Maret 2021.

Baca Juga: Pantang Retak dan 'Pisah Ranjang', Edi Endi Siapkan Jurus Menjaga Keharmonisan

Menurut dia, dalam kurun Januari-Februari 2021, sebanyak 3.179 ekor babi mati karena terpapar ASF. Angka ini meningkat tajam dibanding periode September - Desember 2020 dengan 2.341 ekor babi mati.

"Ini yang terlapor. Kemungkinan yang lainnya tidak dilaporkan," kata Theresia Primadona Asmon.

Khusus untuk kasus-kasus terlapor, menurut dia, semuanya diinvestigasi oleh petugas. Investigasi dilakukan untuk mengetahui apakah kematian babi karena ASF atau tidak.

Baca Juga: Peternak Babi di Bali Belum Optimal Terapkan Biosecurity

Menariknya untuk Manggarai Barat, hanya satu kecamatan yakni Mbeliling yang belum pernah melaporkan adanya kasus ASF, baik pada periode September - Desember 2020 maupun Januari - Februari 2021.

"Kalau periode September - Desember 2020, selain Mbeliling, Kecamatan Macang Pacar juga tidak ada laporan mengenai ASF. Sementara pada periode Januari - Februari 2021, Macang Pacar sudah melaporkan adanya kasus. Jadi hanya Mbeliling yang bersih dari ASF," ujar Theresia Primadona Asmon.

Terkait melonjaknya angka kematian akibat virus ini, dari 2.341 ekor pada periode September - Desember 2020 menjadi 3.179 dalam kurun Januari-Februari 2021, ia menyebut, hal tersebut bisa disebabkan karena dua faktor.

Baca Juga: Labuan Bajo Destinasi Super Premium, Masyarakat Lokal Jangan Hanya Jadi Penonton

Pertama, tahun lalu masyarakat belum banyak yang tahu mengenai ASF. Kedua, petugas juga belum memiliki kemampuan investigasi lapangan.

"Sementara sekarang, informasi mengenai ASF sudah diketahui masyarakat luas. Petugas juga sudah memiliki kemampuan investigasi lapangan," beber mantan Sekretaris Dinas Pariwisata Manggarai Barat, yang akrab disapa Ney Asmon ini.

Di tengah belum adanya vaksin sampai saat ini, pihaknya terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahaya ASF terhadap ternak babi.

Baca Juga: Ketika Emak-Emak di Sumba Beraksi, Hadang Mobil Jokowi Hingga Jatuhkan Motor Paspampres

"Vaksin sampai sekarang belum ada. Jadi kita maksimalkan sosialisadi kepada masyarakat, termasuk bekerja sama dengan Paroki," tandas Theresia Primadona Asmon.

Ia juga mengajak peternak untuk melaporkan dini ketika ternak babi mulai sakit. Jangan malah melapor setelah banyak ternak mati.

"Penting untuk melaporkan dini saat babi mulai sakit, bukan setelah mati banyak. Karena ada beberapa tindakan yang sifatnya segera untuk mencegah penularan dan mengurangi kerugian peternak," pungkas alumni IPB Bogor itu.***

Editor: M Susanto Edison


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x