Peretasan Akun Digital 37 Awak Redaksi Narasi, Meutya Hafid: Ancaman Bagi Demokrasi

- 29 September 2022, 14:26 WIB
Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid.
Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid. /Instagram/ @meutya_hafid/

INDOBALINEWS - Peretasan akun digital 37 awak redaksi Narasi merupakan perbuatan melawan hukum yang menjadi ancaman bagi demokrasi.

Hal itu dikatakan oleh Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid yang juga meminta aparat penegak hukum untuk mengusut kasus peretasan tersebut.

Ia juga meminta Polri proaktif menyelidiki secara tuntas sekaligus menemukan pelaku peretasan ini.

Baca Juga: Siap Edar Vaksin Covid 19 Buatan Dalam Negeri Lagi, Halal

"Saya meminta aparat penegak hukum dalam hal ini Polri untuk proaktif menyelidiki secara tuntas sekaligus menemukan pelaku peretasan ini," kata Meutya dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis 29 September 2022.

Ia juga berpendapat bahwa peretasan ini bisa mengganggu kerja jurnalistik serta kebebasan pers. 

"Kabar terakhir saya dengar ada 37 awak redaksi yang diretas, dari jumlahnya ini sangat besar sekali dan terlihat sangat masif. Ini mengganggu kerja jurnalistik serta kebebasan pers," tuturnya seperti yang dilansir dari Antara.

Baca Juga: Awak Kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris HMS Spey, 20 Persen Perempuan ke Bali Tari Poco-Poco

Mantan presenter stasiun televisi swasta ini juga mengatakan bahwa  dalam undang-undang (UU) Pers Pasal 18.

Yang didalamnya mengatur ketentuan pidana dengan memberikan sanksi terhadap barang siapa yang dengan sengaja melawan hukum menghambat fungsi, tugas, dan peran wartawan.

"Dengan adanya undang-undang tersebut merupakan suatu bentuk perlindungan hukum bagi wartawan dalam menjalankan profesinya. Oleh karena itu, hukum harus ditegakkan atas kasus dugaan peretasan karena menghalangi kerja-kerja jurnalistik," tegas Meutya.

Baca Juga: Momen Pemain Persija Jakarta, Muhammad Ferarri, Catat Debut bersama Timnas Senior

Dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), lanjut dia, secara tegas mengatur bahwa tindakan masuk ke dalam sistem elektronik milik orang lain yang bersifat pribadi dengan cara apa pun adalah tindakan terlarang.

Oleh karena itu, Meutya mendukung awak redaksi Narasi yang menjadi korban peretasan digital untuk melaporkan secara hukum kasus dugaan peretasan ini kepada kepolisian.

Sebagai bentuk komitmen dalam melindungi data pribadi masyarakat Indonesia, Meutya berharap semua pihak dapat dengan tegas menjaga pers nasional dari segala bentuk tindakan intimidasi di ruang digital.

Baca Juga: Snorkling di Pantai Blue Lagoon Padang Bai, WNA Inggris Hilang

Peretasan data pribadi pers akan menjadi ancaman bagi para jurnalis yang merupakan bagian dari masyarakat dalam menegakkan pilar demokrasi, tambahnya.

Sebelumnya Dewan Pers juga meminta aparat penegak hukum untuk proaktif menyelidiki peretasan terhadap akun digital awak redaksi Narasi yang terjadi sejak 24 September 2022.

"Meminta aparat penegak hukum supaya proaktif untuk menyelidiki kejadian peretasan ini dan segera menemukan pelakunya serta mengusut tuntas," kata Wakil Ketua Dewan Pers M. Agung Dharmajaya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu 28 September 2022.

Baca Juga: Berkas Ferdy Sambo Lengkap, Mahfud MD Apresiasi Profesionalitas Polri dan Kejagung

Dia juga memandang bahwa tindakan peretasan merupakan perbuatan melawan hukum dan berakibat pada terganggunya upaya kerja jurnalistik serta kemerdekaan pers.

Padahal, katanya, menjaga kemerdekaan pers adalah tanggung jawab semua pihak, baik perusahaan pers, publik/masyarakat luas, pemerintah, maupun aparat penegak hukum.

"Dewan Pers mengingatkan ancaman hukuman terhadap pihak yang mengganggu kerja jurnalistik," kata Agung Dharmajaya. ***

 

Editor: Shira Ade

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x