Kelenteng Tertua di Bali Gelar Perayaan Cap Go Meh Dimeriahkan Wayang Potehi

- 6 Februari 2023, 13:44 WIB
Nyoman Suarsana Hardika Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio
Nyoman Suarsana Hardika Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio /Dok. Saifullah/ Indobalinews.com

Wayang Potehi digelar di Caow Eng Bio Tanjung Benoa Bali
Wayang Potehi digelar di Caow Eng Bio Tanjung Benoa Bali Dok. Saifullah/ Indobalinews.com

INDOBALINEWS - Kelenteng tertua di Bali, Caow Eng Bio di Tanjung Benoa Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung Bali, menggelar acara perayaan Cap Go Meh, Minggu, 5 Februari 2023.

Seperti tahun-tahun sebelumnya perayaan Cap Go Meh di Caow Eng Bio selalu meriah, seperti kali ini panitia mendatangkan grup wayang khas Tionghoa yakni wayang Potehi dari Jombang Jawa Timur.

Caow Eng Biow
Caow Eng Biow Dok. Saifullah/ INDOBALINEWS

Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio, Nyoman Suarsana Hardika mengatakan wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional asal Fujian, Tiongkok Selatan.

Wayang Potehi sengaja didatangkan untuk menghibur warga di Tanjung Benoa khususnya anak-anak sekaligus melelestarikan Wayang Potehi yang hampir punah akibat kurangnya pegiat seni wayang Potehi.

"Kita datangkan dari Jombang dan tampil sejak tanggal 3,4,5, sekarang sudah mulai langka dan sedikit yang bisa terutama dalangnya. Kita kelenteng tertua di Bali prihatin dan ikut melestaarikan," kata Nyoman Suarsana Hardika

Selain wayang Potehi tak ketinggalan atraksi Barongsai dan liong yang cukup digemari anak-anak. Atraksi barongsai dimulai sore hingga malam hari. Anak -anak cukup antusias memberikan barongsainya angpau.

Perayaan Cap Go Meh di kelenteng Caow Eng Bio yang juga khas adalah penyajian hidangan makanan untuk warga yang datang yakni Lontong sayur Cap Go Meh.

Menurut Nyoman Suarsana penyajian Lontong sayur Cap Go Meh ini bentuk akulturasi percampuran budaya Tionghoa Jawa.

"Lontong Cap Go Meh ini khas Asia Tenggara khususnya di Indonesia jadi bentuk akhlturasi Tionghoa Jawa," jelas Nyoman Suarsana.

Ditambahkan Nyoman Suarsana ditahun tahun sebelumnya di Caow Eng Bio kalau ada acara biasanya mengundang group kesenian tradisional khas warga muslim Rudat, kesenian barong khas budaya Bali atau juga Kristen itu sudah biasa.

Hal ini diakui penglingsir Puri Peguyangan Denpasar, Anak Agung Ngurah Gde Widiada yang juga hadir dalam perayaan Cap Go Meh tersebut. Agung Widiada mengatakan di Tanjung Benoa masyarakatnya multi kultur dan menyatu antar umat yang ada disana. "Cukup kondusif dan ini penting untuk Bali yang sebagai daerah tujuan wisata," kata Agung Widiada.

Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gde Widiada
Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gde Widiada Saifullah/ INDOBALINEWS

Nyoman Suarsana juga mengatakan Kelenteng atau tempat ibadah umat Konghucu Caow Eng Bio ini dibangun sekitar tahun 1548. "Ini kelenteng tertua di seluruh Bali, yang usianya ratusan tahun dan nomor 5 tertua di Indonesia," jelas Nyoman.

Menariknya lagi Caow Eng Bio menjadi satu-satunya di Indonesia yang memiliki Dewi Laut Shui Wei Shen Niang. Dewi Laut Shui Wei Shen Niang hanya ada di empat negara di dunia, yaitu Cina, Thailand, Malaysia, Singapura dan di Tanjung Benoa ini.

Nama Caow Eng Biow sendiri merupakan nama sejak didirikan dan dipertahankan sampai sekarang walaupun artinya tidak ada yang tahu pasti. Yang jelas ada tulisan di pintu masuk bagian belakangnya dari warga pelaut Hainan, Desa Dong Chiao, Kabupaten Wenchang.

Sejarah awal pembuatan Caow Eng Bio adalah berupa tempat sembahyang kecil mengingat waktu itu para pelaut dari Pulau Hainan hanya singgah saja di Teluk Tanjung Benoa, karena cuaca buruk angin badai. Setelah reda antara dua tiga bulan lalu kembali lagi ke China.

Tanah tempat dibangunnya kelenteng Caow Eng Bio tersebut dihibahkan oleh Raja Badung Ida Cokorda Pemecutan ke-10, barulah pada tahun 1879 mulai dibangun prasasti yang sekarang berada di depan kelenteng.Puluhan marga yang merupakan para dermawan yang mendirikan kelenteng tersebut namanya tercantum disana.

Inilah yang biasa menjadi daya tarik para wisatawan Taiwan atau China yang datang ke kelenteng tersebut. Hal ini karena ada nama marga dari generasi leluhur mereka yang ikut menyumbang berdirinya kelenteng tersebut.***

Editor: Saifullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x