INDOBALINEWS - Sejumlah fakta dibeber oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati menyusul sejumlah hasil penyelidikan tim investigasi yang dibentuk TNI AU.
Salah satunya adalah kondisi para penerbang yang terlibat latihan formasi saat kejadian. Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa saat itu empat pesawat sejenis tengah membentuk latihan formasi.
Saat itu, kata Agung, penerbang sempat mengalami situasi “blind” sebelum dua pesawat hilang kontak dan ditemukan jatuh. Dalam situasi “blind”, penerbang tidak dapat melihat situasi di sekitarnya.
Baca Juga: Satgas PASTI Blokir 173 Pinjol dan Ratusan Konten Ilegal Pinpri Periode September dan Oktober 2023
Dijelaskannya 4 pesawat terbang formasi, take off satu per satu, setelah naik ke atas, mereka bergabung menjadi satu kesatuan formasi. Formasi itu dekat sekali, pada saat mereka climbing (terbang ke atas, red.) mereka masuk ke awan, in-out, in-out, artinya awan itu tipis-tipis saja.
"Namun awan tiba-tiba menebal dengan pekat bahkan pesawat yang dekat saja, yang jaraknya mungkin sekitar 30 meter itu tidak kelihatan, karena sangat tebal. Para penerbang mengatakan blind, blind, atau kalau bahasa Indonesia-nya buta, tidak melihat,” kata Kadispenau saat jumpa pers di Base Ops Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat 17 November 2023 dilansir dari Antara.
Dia melanjutkan prosedur standarnya penerbang dalam situasi “blind” harus menjauhkan pesawatnya dari pesawat lain. Agung menyebut dua pesawat lain mengikuti prosedur tersebut, yaitu terbang menjauh dengan pesawat-pesawat lainnya.