Baca Juga: Update Penanggulangan Covid-19 di Bali, Kamis 3 Desember 2020
Saat membangun ada yang sumbang semen, ada yang sumbang pasir, batu, makanan dan sebagainya. "Saya tanya sama masyarakat-masyarakat Rindam atau warga saya bahwa selama 33 tahun, yang tinggal di sini mereka katakan setiap tahun langganan banjir. Solusinya saya membangun pagar," ujarnya.
Baca Juga: Residivis Ditangkap, Coba Perkosa 4 Perempuan Mau ke Pasar Menjelang Subuh
Namun saat bangun pagar tembok, banyak yang protes terutama warga sekitar. Ratusan warga demo. Sebab, saat hujan untuk kali berikutnya, giliran pemukiman warga yang kebanjiran. Pertemuan dilakukan. Intinya, saat hujan air tidak menggenangi rumah warga. Aspirasi warga diterima.
Baca Juga: Calon Petahana Pilkada Karangasem No 2, Dapat Dukungan Lanjutkan Dua Periode
Persoalan utama adalah di pemukiman warga tidak ada saluran air. Dan alur air dialihkan mengarah ke kompleks Rindam IX Udayana.
Tembok dibangun untuk pembatas dan alur air dikembalikan ke tempat semula. Sebab, ternyata setelah ditelisik, banyak alur air yang ditutup untuk pemukiman.
Baca Juga: Pilkada Serentak 2020 : Paslon Bagus No 1 Punya Hati, Komitmen Majukan Bangli
Setelah dijelaskan, masyarakat akhirnya memahami. "Intinya kita cari jalan keluar bersama-sama. Masyarakat di pemukiman juga adalah warga saya, mereka adalah warga negara Indonesia maka mereka juga adalah warga saya juga. Sementara anggota saya juga jangan sampai jadi korban," ujarnya.
Akhirnya, dilakukan koordinasi dengan pemerintah setempat dengan Dinas PU dan BPBD setempat. Dinas PU sudah datang melihat langsung.