Jelang G20: BNEF Net Zero Summit Bahas Pentingnya Kolaborasi untuk Kunci Masa Depan Rendah Karbon

- 12 November 2022, 16:30 WIB
Diskusi bersama antara Chevron,  Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan the Asia Natural Gas and Energy Association (ANGEA), Sabtu 12 November 2022.
Diskusi bersama antara Chevron, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan the Asia Natural Gas and Energy Association (ANGEA), Sabtu 12 November 2022. /Dok Tien

 INDOBALINEWSChevron, bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta the Asia Natural Gas and Energy Association (ANGEA), Sabtu 12 November 2022 di BloombergNEF (BNEF) Net Zero Summit di Bali berdiskusi untuk menekankan tentang pentingnya kolaborasi dalam mendorong pencapaian target masa depan rendah karbon.

Dengan seluruh perhatian dunia tertuju pada Bali menjelang pelaksanaan B20 dan G20 Summit yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia, BNEF Summit, acara resmi B20/G20, mempertemukan para pemimpin industri dan investor dari seluruh Asia untuk berkolaborasi bersama menuju net zero emission.

Partisipasi Chevron dalam BNEF Summit ini menyusul ditandatanganinya perjanjian kerja sama Chevron dengan Pertamina dan Keppel Infrastructure dalam mengeksplorasi pengembangan proyek hidrogen hijau dan amonia hijau di Indonesia kemarin. 

Baca Juga: Side Event G20 Summit Bali, Sinar Mas Land Hadirkan Kendaraan Listrik Otonom

Wahyu Budiarto, Country Manager Chevron Indonesia mengatakan kolaborasiini merupakan hal yang penting dalam mendukung inovasi dan mendorong transisi energi.

Untuk itu, Chevron terus berkomitmen dalam berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan demi mencapai tujuan-tujuan energi nasional.

"ANGEA dan Pemerintah Indonesia juga telah memberikan banyak masukan mengenai bagaimana industri, asosiasi, dan pemerintah dapat bekerja sama dalam mencapai target net zero emission, baik di Indonesia maupun kawasan Asia Pasifik,” ujar Wahyu Budiarto.

Baca Juga: Patuhi Keinginan FIFA, PSSI Percepat Kongres Luar Biasa 16 Februari 2023

Lebih lanjut dikatakannya bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan target penggunaan energi baru terbarukan (EBT) hingga 23 persen pada tahun 2025,.

Hal ini tertuang dalam roadmap transisi energi sebagai bagian dari Grand National Energy Strategy (GSEN).

Untuk mencapai angka tersebut, kolaborasi antara pihak swasta, pemerintah, dan lembaga lainnya menjadi suatu hal yang fundamental, khususnya dalam menyeimbangkan akses energi, dampak lingkungan dan sosial-ekonomi, serta pengembangan teknologi.

Baca Juga: Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping Bahas Persaingan yang Bertanggungjawab di KTT G20 Bali

"Adanya kerja sama ini dapat mengakselerasi pencapaian target Indonesia untuk mencapai net zero emission,” ujar Ridha Yasser, DDirektur Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Ditambahkannya Chevron percaya bahwa masa depan energi adalah rendah karbon.

"Dalam mencapai tujuan tersebut, kami terus membangun dan memperkuat kerja sama, serta berkolaborasi secara aktif dalam pengembangan solusi rendah karbon di negara-negara yang memiliki kebutuhan energi tinggi, di mana kami dapat membantu mempercepat transisi energi yang sedang berlangsung melalui teknologi baru dan keahlian operasional,” kata Manish Misra, Vice President Strategy & Integration di Chevron New Energies.

Baca Juga: Jelang G20, Polri Siapkan Kontijensi Plan Antisipasi Dinamika di Lapangan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan energi Indonesia diproyeksikan mencapai 2,9 miliar setara barel minyak (SBM) pada tahun 2050.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kerja sama antara berbagai pihak, termasuk penyedia gas alam, dapat diselaraskan dengan meningkatnya penggunaan energi terbarukan yang didukung oleh ANGEA.

Baca Juga: Dukung KTT G20, ITDC Gandeng Hyundai, Volta dan Zero dalam Penyediaan Kendaraan Listrik

“Kolaborasi sangatlah penting, baik untuk ketahanan maupun transisi energi, di mana keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang sama jika didukung oleh kebijakan yang sesuai," ujarnya.

Untuk mendorong masa depan energi yang lebih rendah karbon serta memungkinkan pertumbuhan ekonomi, ditambahkannya kita perlu secara kolektif membangun rantai nilai baru di seluruh daerah yang memungkinkan adanya peningkatan penggunaan teknologi baru.

Baca Juga: Survei Capres: Prabowo Paling Layak Bersanding dengan Erick Thohir

"Seperti CCUS (carbon capture, utilization, and storage), Hidrogen, dan amonia,” tutup Paul Everingham, Chief Executive Officer ANGEA. ***

 

 

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah