Memahami Pentingnya Prioritaskan Konservasi Ekosistem Karbon Biru Mangrove dan Padang Lamun

- 8 Agustus 2022, 18:44 WIB
Panitia penyelenggara dan nara sumber dalam Seminar 'Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital' di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) Senin 8 Agustus 2022.
Panitia penyelenggara dan nara sumber dalam Seminar 'Blue Carbon: Enabling Conservation and Financial Capital' di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) Senin 8 Agustus 2022. /Shira Indobalinews

Sebagai catatan, luas padang lamun di Indonesia termasuk terluas di dunia hingga 293.465-875.957 Ha, dan mampu menyerap karbon hingga 119,5 ton karbon per hektar.

Baca Juga: Money Changer Bodong di Kuta Bali Ditertibkan

Begitu pun dengan mangrove Indonesia yang seluas 3,3 juta Ha adalah terbesar di dunia, dan mampu menyimpan karbon sebanyak 950 ton karbon per hektarnya.

Namun luas padang lamun di Indonesia, menurut hasil kajian Pusat Riset Oseanografi Indonesia dalam Buku Status Ekosistem Lamun di Indonesia tahun 2021 disebutkan ekosistem ini mengalami penurunan sebesar 2,8% per tahun atau sekitar 0,4 ha per tahun pada periode 2015-2021.

Sementara mangrove Indonesia, dalam data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020) menyebutkan kurang lebih seluas 637.824,31 Ha (19,28%) berada pada kondisi kritis.

Baca Juga: Ubud Village Jazz Festival Hadirkan Musisi Lokal dan Internasional, Digelar 12 hingga 13 Agustus 2022

“Ke depan, kita ingin memastikan ekosistem Karbon Biru bisa masuk NDC (Nationally Determined Contribution). Tentu saja harus melalui perencanaan pembangunan Karbon Biru yang berkelanjutan, dan harus didukung komitmen semua pihak. Untuk mencapai ini diperlukan suatu kerangka kerja yang dapat mengakomodasi semua pihak,” jelasnya.

Dalam seminar ini juga, Deputy Country Director Agence Francaise De Developpement (AFD) untuk Indonesia, Sophia Chappellet menyampaikan bahwa AFD mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam pengelolaan ekosistem karbon biru, salah satunya melalui kegiatan pengintegrasian ekosistem karbon biru kedalam kebijakan keanekaragaman hayati dan iklim Indonesia.

Baca Juga: 1.900 Peserta dari 30 Negara Ramaikan Marathon Road Bike GFNY di Gianyar Bali

Sementara Sri Yanti, Direktur Kelautan dan Perikanan, Kementerian Bappenas, menambahkan pembangunan Karbon Biru Berkelanjutan harus mengedepankan upaya perlindungan dan kelestariannya dengan berbasis masyarakat.

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah