INDOBALINEWS - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahap awal relokasi bagi warga terdampak bencana dengan membangun 1.000 unit rumah instan sederhana sehat (Risha).
Ketua Satgas Penanganan Bencana Kementerian PUPR di NTT dan NTB Widiarto mengatakan dari jumlah tersebut 700 unit Rhisa akan dibangun di Lembata dan 300 unit di Adonara.
“Namun perkembangan pasti angkanya akan terus berkembang setelah survei detail dengan pemda dan masyarakat setempat,” kata Widiarto, dikutip Indobalinews dari Antaranews, Minggu 11 April 2021.
Baca Juga: Pemda Diminta Segera Siapkan Lahan untuk Relokasi Korban Siklon Tropis Seroja NTT
Baca Juga: Relokasi Rumah Korban Bencana di Adonara dan Lembata, Pemda Segera Siapkan Tempat
Menurut Widiarto jika lahan sudah siap tersedia, pembangunan fisiknya kira-kira akan dapat selesai dalam waktu 4 bulan karena pembangunannya tidak begitu sulit dengan metode knock down Risha yang sudah ada.
Ia menyebut relokasi perlu dilakukan karena lokasi permukiman warga terdampak bencana saat ini berada di jalur debris aliran sungai yang sudah dipenuhi bebatuan, sehingga risikonya sangat tinggi jika kembali tinggal di sana.
“Makanya Kementerian PUPR bergerak cepat menyiapkan relokasi rumah bagi warga yang terdampak,” ujarnya.
Baca Juga: Korban Siklon Seroja di NTT: 163 Tewas, 45 Orang dalam Pencarian
Baca Juga: Empati bagi Korban Bencana di NTT, Kagama Bali dan Musisi Benny Sugiharto Galang Aksi Solidaritas
Hingga kini di Adonara sudah ada dua alternatif lokasi yang disiapkan, sedangkan di Lembata disiapkan tanah pemkab, namun lokasinya akan dikomunikasikan lagi dengan masyarakat setempat.
Kata dia petugas terus melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat, karena memindahkan tempat tinggal juga harus menangani masalah sosial bukan hanya masalah teknis.
Yang jelas, kata Widiarto, lokasi baru harus berada di wilayah yang aman dari risiko bencana.
Selain menyiapkan relokasi permukiman warga, Kementeria PUPR juga membantu penanganan darurat bencana banjir bandang di Adonara dan Lembata.
Saat ini di dua wilayah terdampak tersebut telah dioperasikan 23 unit ekskavator, 24 unit dump truck, 3 unit loader, 1 unit grader, dan BBM 5.000 liter.***