Pertama adalah skema minimalis, yaitu dengan pembuatan jalan baru kurang lebih sepanjang 1 kilo meter sehingga arus lalulintas menjadi satu nantinya.
"Dan juga bekerja sama dengan masyarakat menyiapkan. Karena di sini banyak tanah-tanah kosong di depan, bekerja sama dengan masyarakat untuk bisa kami manfaatkan menjadi tempat parkir. Bisa menampung kendaraan daripada mereka di luar," ujarnya.
Kemudian, kedua adalah skema moderat dengan memerlukan pembangunan jalan kurang lebih tiga kilo meter dan ada satu jembatan yang harus dibangun.
"Ini juga sangat membantu mengatasi kemacetan dan padatnya penumpang yang berangkat ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan," ujarnya.
Kemudian, skema ketiga yang dinilai paling ideal adalah pembangunan jalan langsung dari bypass menuju Pelabuhan Sanur yang akan memecah arus lalulintas.
"Kurang lebih panjangnya enam kilo meter. Itu skema yang paling ideal untuk mengatasi. Karena untuk arus penumpang yang berangkat ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan belum puncaknya. Nanti puncaknya di Bulan Desember (2023)," ujarnya.
Baca Juga: Penting Surat yang Ada di Al-Qur'an Wajib Baca untuk ibu Hamil
Sementara, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, bahwa pihaknya memang mendapatkan laporan dengan padatnya Pelabuhan Sanur.
"Pertama adalah tentang kemacetan, mungkin perubahan ini kurang terkalkulasi sebelumnya. Yang tadinya penumpang hanya sekita 2000 dan 2.500 begitu dibangun ini ternyata penumpangnya sampai dengan 6.000 bahkan 6.500 per harinya," ujarnya.