Era Pandemi, Promosi Wisata Bali Tetap Lewat Digitalisasi

4 September 2020, 19:00 WIB
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat di daulat sebagai narasumber dalam program SESPIBI (Sekolah Pimpinan Tinggi Bank Indonesia), Jumat 4 September 2020. Ia menegaskan di era pandemi promosi wisata Bali tetap dilakukan dengan digitalisasi /shira ade/Dok Pemprov Bali

INDOBALINEWS - Bali sebagai barometer Indonesia yang sebelumnya sempat menargetkan kunjungan wisatawan mencapai hingga 7 juta pada 2020, akibat pandemi mengalami kerugian mencapai hingga 9,7 trilyun akibat dampak penutupan pariwisata, tetap melakukan promosi melalui digitalisasi sebagai kesiapan untuk pariwisata ke depan.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat di daulat sebagai narasumber dalam program SESPIBI (Sekolah Pimpinan Tinggi Bank Indonesia), Jumat 4 September 2020 seperti yang dikutip INDOBALINEWS.COM.

 

Baca Juga: Konsumsi Bahan Bakar Ramah Lingkungan di Denpasar, Bali Meningkat

"Akibat pandemi mengalami kerugian mencapai hingga 9,7 trilyun karena dampak penutupan pariwisata, Bali tetap melakukan promosi melalui digitalisasi. Hal ini dilakukan sebagai kesiapan untuk pariwisata ke depan," ujar Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).

Ditambahkannya, pandemi Covid-19 ini mengajarkan agar semua pihak khususnya pelaku wisata mulai melakukan pembenahan terutama dalam menjaring klaster wisatawan yang bertujuan mendapatkan atau meningkatkan kualitas pariwisata.

Baca Juga: Bandara Bali Gelar Safe Travel Campaign

Dimana pariwisata ke depan tidak hanya memberikan pertumbuhan ekonomi spesifik terhadap para pelaku dan pengusaha saja, melainkan pariwisata yang berkualitas diharapkan mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan dan kualitas hidup bagi masyarakat Bali secara menyeluruh.

Baca Juga: Brigjen Prasetijo dan Anita Diperpanjang Masa Tahanannya

Indonesia sampai saat ini belum membuka destinasi pariwisata akibat semakin banyaknya kasus positif Covid-19 setiap harinya. Bali yang memiliki sekitar 354 destinasi terus mencoba melakukan pembenahan termasuk wajib menyiapkan sarana protokol kesehatan bagi pemilik usaha.

Pandemi Covid-19 meluluhlantakan perekonomian Bali selama hampir enam bulan belakangan, sehingga pertumbuhan ekonomi Bali berada paling bawah di Indonesia mencapai 10,98 minus kontraksi terdalam d Indonesia pada triwulan pertama adalah 1,14%.

Baca Juga: Tim Pengaman Pilkada Tabanan Bali, Wajib Netral & Dilarang Selfie dengan Balon
 
Dalam penanganan Covid-19 Pemerintah Daerah secara serius melakukan sejumlah upaya untuk kembali dapat memulihkan perekonomian Bali. Segala sesuatu diharapkan dapat dibantu dan didukung oleh masyarakat luasnya.

Karena membina akomodasi disaat pandemi padat karya dan padat modal itu sangat dibutuhkan, sehingga persoalan yang dihadapi adalah tentang sumber daya manusia (SDM) dan modal yang tertanam.

Baca Juga: Gubernur Koster Minta GM Hotel di Bali Utamakan Produk Lokal

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat di daulat sebagai narasumber dalam program SESPIBI (Sekolah Pimpinan Tinggi Bank Indonesia), Jumat 4 September 2020. Ia menegaskan di era pandemi promosi wisata Bali tetap dilakukan dengan digitalisasi Dok Pemrov Bali

Dibeberkannya juga untuk menggerakkan dunia pariwisata di tengah krisis akibat pandemi Covid-19 terdapat tiga hal yang mutlak di miliki yakni : Modal, Bisnis plan dan  Cash flow.

Ia juga menegaskan sebagai pemerintah yang memiliki tanggung jawab kesejahteraan warganya terus mengupayakan penyaluran bantuan selama wabah berlangsung. Hal ini untuk menangani kebutuhan pangan sehari-hari karena sebanyak 4 ribu sumber daya manusia sedang mengalami dampak dari keterpurukan akibat ditutupnya pariwisata.

Baca Juga: Toilet Kejati Bali, Saksi Bisu Tewasnya Mantan Kepala BPN Denpasar

Berkaitan dengan banyaknya sumber daya manusia khususnya pelaku dan pekerja pariwisata yang dirumahkan, ke depannya perlu dibuatkan kebijakan lebih lanjut agar usaha ini tatkala dibuka kembali, dapat kembali di putar dan bergerak kembali.

Baca Juga: Agustus 2020, Deflasi Bali Lebih Dalam Dari Nasional

"Sebaiknya semua pihak baik pemerintah dan pelaku usaha mulai mempertimbangkan cara ke depan agar tidak hanya bertumpu pada satu bidang, yakni pariwisata saja. Triwulan ketiga tidak ada kanal kaeuangan lagi, pemerintah hanya mengandalkan APBD dan APBN, sehingga menyebabkan uang yang beredar sangat kecil dan daya beli masyarakat sangat tinggi," imbuhnya.

Diaukuinya sejak awal konsentrasi perekonomian di Bali memang bertumpu pada pariwisata, sehingga perkembangan pariwisata di Bali, sesungguhnya sudah mulai di bangun sejak 1930 silam.

Baca Juga: Perpamsi Tandatangani MoU dengan Bimasakti Altera

Sehingga satu hal yang sangat mendasar adalah ketertarikan pada budaya Bali. Saat itu Bali  belum mengenal media promosi dan hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Sehingga perkembangan pariwisata pada tahun 1970 an menjadi tonggak lonjakan pariwisata paling tinggi yang merupakan sebuah peradaban dan pengalaman yang kemudian di kembangkan untuk menuju Bali yang berkualitas.(***)

 

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler