Hanya saja, ia mengingatkan agar pembuatnya menciptakan motif tersendiri, bukan menjiplak motif khas Bali. “Selain itu, penggunaannya juga harus dibedakan. Hasil tenunan asli digunakan untuk kamen, sedangkan yang bordiran kita arahkan untuk digunakan sebagai bahan busana atau kerajinan lain seperti tas,” ujarnya," ujar Putri Koster seperti yang dikutip oleh indobalinews.com.
Baca Juga: Kisah Teroris Bom Marriott, Dari Jualan Bebek dan Telurnya Hingga Penampakan Bungker Berair
Tak hanya pada kain tradisonal, Putri Koster juga melihat ancaman serupa pada kerajinan perak yang belakangan bersaing dengan bahan alpaka, yang dalam pembuatannya menggunakan teknik cetak.
“Lambat laun, keahlian mengukir perak yang diwariskan secara turun-temurun akan hilang,” katanya.
Baca Juga: Ini Kronologi Kejadiannya, Korban Tewas Keracunan Gas di Jimbaran Bali Bertambah
Untuk itu, ia mengajak semua pihak dapat menyatukan komitman agar kembali ke inti penciptaan, sehingga taksu Bali tetap terjaga.
Pada bagian lain, perempuan yang dikenal sebagai seniman serba bisa ini juga menyampaikan apresiasi terhadap keberadaan Perwira yang mewadahi perempuan yang terjun di dunia usaha.
Baca Juga: 3 Pekerja Tewas Keracunan Gas 3 Selamat di Taman Griya Jimbaran Bali
Keberadaan Perwira menjadi satu bukti bahwa perempuan mempunyai etos kerja tinggi yang mampu mengemban tugas di ranah domestik dan sukses pula dalam karier di dunia usaha.
Ia menyebut satu kelebihan yang dimiliki perempuan, adalah mengerjalan segala sesuatu dengan tulus dan tanpa pamrih.