Dalam kerja sama ini, kedua pihak berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas ekspor sekitar 755 desa dalam program DSA agar berdaya saing dan mampu berkompetisi di pasar global.
Baca Juga: Gubernur Bengkulu Tawarkan Investasi Pariwisata di Pulau Enggano
Kedua pihak sepakat untuk menciptakan minimal 100 desa yang mampu ekspor secara mandiri dan mendapatkan repeat order dalam kurun waktu kerja sama selama dua tahun.
DSA Purworejo sendiri merupakan salah satu kawasan desa yang telah memberdayakan lebih dari 200 masyarakat lokal di tiga desa dalam memproduksi bulu mata palsu.
Sebelumnya, DSA Purworejo melalui PT Diva Prima Cemerlang juga telah mengekspor bulu mata palsu ke beberapa negara, seperti Inggris, Prancis, Belgia, Ceko, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Nigeria, dan Kolombia.
“Kita harus lebih jeli melihat peluang yang masih terbuka lebar di pasar internasional,” kata Marolop.
Baca Juga: OJK Tutup 425 Penyelenggara Investasi dan 1.500 Fintech Lending Ilegal
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020, Indonesia adalah eksportir bulu mata palsu kedua terbesar di dunia setelah Tiongkok dengan nilai ekspor sebesar 387,6 juta dolar AS dengan pangsa pasar di dunia sebesar 8,47 persen.
Pasar utama ekspor bulu mata palsu Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, Jerman, Korea Selatan, dan Inggris. ***