Sebelum situasi pandemi, pelaku IKM dan UMKM cenderung fokus pada pasar ekspor sehingga produk mereka lebih dikenal di luar, tapi asing bagi masyarakat lokal.
“Kita bangga ketika produk menembus pasar manca negara, tapi orang kita tak ada yang memakai. Nah, giliran ekspor macet, saudara sendiri tak melirik produk kita,” cetusnya.
Baca Juga: PSSI Rela Lepas Pratama Arhan ke Tokyo Verdy, PSIS Semarang: Tetap Promosikan Nama Bangsa
Berangkat dari persoalan itu, selaku Ketua Dekranasda Bali, ia melakukan langkah kecil dengan cinta yang besar untuk membangkitkan kembali IKM Bali sekaligus memperbaiki tata kelolanya.
Pelan tapi pasti, banyak pihak mulai melirik pameran IKM Bali Bangkit karena menampilkan produk lokal berkualitas.
Baca Juga: Jelang MotoGP, Kamar Hotel Desa Wisata Tete Batu Dibooking Puluhan Artis Top Ibukota
Masih dalam sambutannya, perempuan yang dikenal memiliki multi talenta ini kembali menyinggung upaya pelestarian kain tenun tradisional seperti endek dan songket. Kain endek yang diproduksi secara massal di luar daerah menurutnya menimbulkan banyak kerugian.
“IKM tenun kita mati, pasar kita diambil karena konsumen tak sadar membeli produk dari luar. Ekonomi juga tak kuat karena peredaran uang ke luar Bali,” bebernya. ***