Dalam konferensi pers setelah rilis PDB, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah akan memperluas pemotongan pajak atas pembelian properti untuk mendukung pertumbuhan hingga tahun 2024.
Ia juga sedikit menurunkan proyeksi PDB resmi untuk seluruh tahun 2023 menjadi 5,04 persen, dari 5,1 persen dalam perkiraan sebelumnya, sementara pertumbuhan tahun depan diperkirakan sebesar 5,24 persen.
Penurunan PDB yang disebabkan oleh kontraksi ekspor, pengeluaran rumah tangga yang melambat, dan El Nino PDB Indonesia pada periode Juli-September mengalami kontraksi ekspor yang dalam sebesar 4,26 persen, lebih dalam dari kontraksi sebesar 2,97 persen pada kuartal kedua.
Baca Juga: Keputusan MKMK: Ketua MK Anwar Usman Dipecat
Sementara, pengeluaran pemerintah juga mengalami penurunan secara tahunan. Pertumbuhan pengeluaran rumah tangga, yang mewakili lebih dari setengah dari PDB, melambat menjadi 5,06 persen dari 5,22 persen.
Sektor pertanian juga terganggu oleh kekeringan akibat pola cuaca El Nino, yang dampaknya diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Oktober. Satu titik terang dalam perincian PDB berasal dari investasi, yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,77 persen pada kuartal ketiga, dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 4,63 persen pada kuartal kedua.
Walaupun kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga ini sedang melemah, namun wakil Menteri Keuangan Indonesia masih optimis karena perekonomian yang tangguh. Langkah-langkah pemerintah dalam mempercepat belanja publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat menjaga pertumbuhan ekonomi sesuai proyeksi yang telah ditetapkan.
Dengan fondasi yang kokoh, Indonesia dapat terus beradaptasi dengan dinamika ekonomi global dan mempertahankan posisinya sebagai brightspot di tengah ketidakpastian global.***