INDOBALINEWS - Kenaikan harga lima komoditas di Bali memberi kontribusi terjadinya inflasi di 2 kota di Provinsi Bali. Kelima komoditas tersebut yaitu tarif angkutan udara, cabai rawit, beras, bensin, dan pisang.
“Berdasarkan komoditasnya, inflasi pada Oktober 2023 terutama bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara, harga cabai rawit, beras, bensin, dan pisang. Kenaikan tarif angkutan udara terjadi seiring dengan masih tingginya permintaan di tengah kenaikan harga avtur,” tutur Erwin di Denpasar, Jumat 3 November 2023 dalam pernyataan resminya.
Sedangkan, lanjut Erwin, kenaikan harga cabai rawit (30,84% mtm) dan beras (1,39% mtm) akibat keterbatasan pasokan. Sementara itu, kenaikan harga bensin terjadi seiring dengan kenaikan harga BBM non subsidi per 1 Oktober 2023 dengan rata-rata kenaikan sebesar 5%.
Baca Juga: Elon Musk Segera Luncurkan 'Grok', Chatbot AI yang Bisa Bercanda
Realisasi inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,03% (mtm) dan inflasi nasional pada periode yang sama sebesar 0,17% (mtm). Secara tahunan, inflasi di Provinsi Bali tercatat sebesar 2,64% dan tetap terjaga pada rentang sasaran 3%±1%,” ujar Erwin menambahkan.
Sementara itu berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Oktober 2023 tercatat sebesar 0,18% (mtm).
Menyikapi hal tersebut, Erwin Soeriadimadja berharap seluruh pihak lebih waspada terhadap potensi kenaikan permintaan menjelang akhir tahun. Di sisi lain, komoditas mengalami deflasi terutama berasal dari penurunan tekanan harga daging ayam ras, semangka, bawang merah, canang sari, dan buah naga.