Greenpeace Tuding Indonesia Tidak Serius Tangani Kerusakan Alam Akibat Pembakaran Lahan

- 24 Oktober 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi PERKEBUNAN sawit .*/ANTARA
Ilustrasi PERKEBUNAN sawit .*/ANTARA /ANTARA/

Indonesia, yang memiliki hutan terluas di luar Amazon dan Kongo, adalah penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan setiap tahun kebakaran terkait dengan praktik tebang dan bakar yang digunakan untuk membuka area untuk budidaya kelapa sawit.

Tiga dari lima perusahaan, kata Greenpeace, memiliki area kebakaran terbesar di konsesi mereka dari 2015 hingga 2019 adalah pemasok konglomerat terbesar Indonesia, Sinar Mas Group, dan salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di negara itu, Asia Pulp & Paper (APP).

Baca Juga: Sinergi PLN-KPK Amankan Aset Negara di Bali

Seorang juru bicara APP, yang merupakan bagian dari Sinar Mas Group, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa APP telah menghabiskan 150 juta dolar untuk sistem pengelolaan kebakaran, dan bahwa itu terus membantu masyarakat lokal beralih dari pembukaan lahan tebang dan bakar menuju metode berkelanjutan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia tidak berkomentar atas hal itu.

Pada bulan Februari, Jokowi mengatakan kepada pejabat pemerintah untuk menemukan solusi permanen untuk kebakaran tahunan, dan memerintahkan lebih sering untuk melakukan patroli di lapangan oleh petugas keamanan di seluruh negeri, terutama di daerah rawan kebakaran.

Tetapi pada bulan Juni, kata kementerian lingkungan, mereka harus mengurangi patroli kebakaran karena pemotongan anggaran akibat pandemi virus corona.(***)



Halaman:

Editor: Rudolf

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah