Korea Utara Terancam Bangkrut, Terpaksa Cari Pendapatan Dari Yang Lainnya

- 18 November 2020, 12:19 WIB
 Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un /KCNA via Twitter

Choe juga mengatakan layanan berlangganan ini tidak memiliki motif tersembunyi dikarenakan pendapatan dari hasil penjualan maupun iklan tidak menutup biaya operasional sehingga mau tidak mau layanan berbayar pun digunakan.

Beberapa langkah pun juga sudah dilakukan untuk membenarkan layanan berbayar ini, diantaranya adalah mendesain ulang tampilan web hingga memperluas kolom-kolom populer. 

Baca Juga: Tidak Ada Anggaran, DKI Pastikan Tidak Ada Perayaan Tahun Baru Besar-Besaran

Beliau dengan senang hati memberikan angka karyawan, yaitu 40 karyawan aktif. Tetapi beliau menolak memberikan angka jumlah pembaca.

Sejak tahun 2006 perekonomian Korea Utara telah merasakan tekanan di bawah serangkaian sanksi-sanksi PBB, hal ini telah dilakukan oleh PBB akibat uji coba senjata nuklir pertamanya Korea Utara.

Sanksi tersebut termasuk pembatasan jumlah minyak yang dapat diimpor oleh rezim tersebut, serta larangan ekspor mineral, batubara, tekstil, makanan laut dan pembatasan akses ke bank internasional seperti bank di Swiss.

Baca Juga: TikTok Sekarang Ada Fitur Untuk Mencegah Pelecehan Seksual Anak Secara Daring

Sumber pendapatan lain tak luput menjadi sasaran sanksi dari PBB. hal Ini termasuk pengiriman pekerja ke luar negeri terutama ke Rusia dan China untuk mendapatkan uang tunai bagi rezim. 

Ada juga laporan rutin bahwa Korea Utara menyelundupkan narkotika sintetis dan barang palsu untuk dijual ke luar negeri, seperti yang dikutip indobalinews dari laman DW.com

Dengan ditutupnya rute tersebut oleh komunitas internasional, Korea Utara ingin memaksimalkan pendapatannya dari semua sumber, termasuk penduduknya yang tinggal di Jepang.

Halaman:

Editor: Rudolf

Sumber: DW


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah