Selain itu, Sapardi menggambarkan kalimat pada bait kedua tentang kehadiran atau sikap sesorang yang disukai terkadang membuat hati senang. Terkadang juga bisa membuat perasaan seseorang menjadi tidak menentu dalam sekejap ketika melihatnya.
Bait ke tiga kalimat tersebut bisa diartikan sebagai kedatangan hujan pada bulan Juni yang begitu singkat. Hal itu dimaknai sebagai seseorang yang hadir dalam waktu singkat, namun mampu mengobati rasa rindu yang begitu lama dinantikannya.
Puisi ini begitu legedarin dan ikonikl dan semakin dikenal luas di Indonesia.“Hujan Bulan Juni” selain karya sastra yang fenomenal juga di lingkungan perguruan tinggi menjadi bahan kajian pada mahasiswa dan ilmuwan. “Hujan Bulan Juni” terlahir sebagai puisi, kemudian bertransformasi menjadi karya prosa atau novel dengan judul yang sama.
Baca Juga: Festival Film Balinale Digelar Mulai Besok 1 Juni 2024 Hadirkan 60 Film dari 25 Negara
Berikut Puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Darmono:
"Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu" ***hguja