Tradisi ngejot di Bali, Indahnya Keberagaman di Pulau Dewata

- 18 Juni 2024, 07:05 WIB
Jamaah LDII Bali saat membagikan daging kurban tradisi Ngejot di Denpasar, Bali, Senin (17/6/2024).
Jamaah LDII Bali saat membagikan daging kurban tradisi Ngejot di Denpasar, Bali, Senin (17/6/2024). /ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari/aa.

INDOBALINEWS - Salah satu wilayah Indonesia yang bisa disebut benar-benar mencerminkan keberagaman Indonesia adalah Pulau Bali yang tak hanya kaya dengan pemandangannya yang indah tapi juga keberagaman seni budaya dan tradisi.

Salah satu tradisi di Bali yang mencerminkan indahnya keberagaman adalah Ngejot. Dalam Bahasa Bali "Ngejot" diartikan sebagai "memberi", tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada sesama umat manusia.

Tradisi ngejot di Bali sering dilakukan menjelang perayaan Idul Fitri, Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi.

Tradisi Ngejot ini biasa dilakukan masyarakat Bali. Memberi makanan kepada sesama. Ini menjadi bagian dari bentuk pertemanan, persaudaraan bagi sesama, sebut Rektor Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus (UHN IGB) Sugriwa, I Gusti Ngurah Sudiana yang dikutip dari laman resmi kemenag.go.id. 

Baca Juga: The Denpasar KPU Launches I Caka as The Mascot and Ayo Votes as The Election Jingle

Lebih lanjut dikatakannya tradisi Ngejot disebut jalinan silaturahim kepada sesama. Pertemuan Hindu-Islam ini terwujud dalam bentuk mengantarkan makanan kepada sanak saudara maupun tetangga yang berbeda agama, terutama saat hari besar keagamaan, seperti Galungan atau Idul Fitri.

"Tradisi ini sudah tumbuh dan berkembang dalam keberagamaan masyarakat Bali. Saling memberi makanan, kue-kue, buah-buahan antar tetangga terdekat di setiap desa atau lingkungan. Selain bentuk persaudaraan, ini juga bentuk kerukunan, yang sudah terbangun sejak lama sampai sekarang," jelas I Gusti Ngurah Sudiana.

 

Seperti yang dilakukan umat Muslim di Bali yang tergabung di Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang kembali menjalani tradisi Ngejot pada perayaan Idul Adha senin 17 Juni 2024.

Baca Juga: Judi Online Marak, Menkominfo: Generasi Muda Harus Ikut Andil Perangi Judol

“Nanti setelah dikemas daging kurban mulai diberikan ke tetangga kanan kiri, kebetulan di Bali tradisi Ngejot itu berjalan, memberi dan diberi menjadikan ikatan kita sangat baik, jadi mengenal saudara terdekat kita yaitu tetangga,” kata Wakil Ketua LDII Bali Haji Hardilan.

Haji Hardilan di Denpasar, Senin, menyampaikan tradisi saat Hari Raya Idul Adha ini sudah berjalan rutin puluhan tahun, di mana di sekitar kantor LDII Bali terdapat warga dari berbagai agama yang selama ini hidup rukun karena tidak mengenal perbedaan.

Tahun ini mereka menyembelih 131 ekor sapi dan 278 ekor kambing yang rencananya dibagikan ke 12 ribu orang di tujuh kabupaten/kota se-Bali, dengan jumlah paket terbanyak di Denpasar terutama kepada warga sekitar kantor.

“Kami pemberiannya terutama di tempat kegiatan, di lingkungan LDII tetangga terdekat dan tidak melihat siapa atau apa pokoknya seluruh masyarakat yang minta atau perlu diberikan,” ujarnya dilansir dari Antara.

Baca Juga: Sholat Idul Adha di Semarang, Presiden Serahkan Hewan Kurban Sapi 1,250 Ton

Selanjutnya setelah membagikan daging kurban dalam wadah besek di sekitar lokasi pemotongan kurban, LDII Bali jemput bola ke penerima yang sudah terdata sebelumnya agar tidak terjadi penumpukan masyarakat.

Keharmonisan umat beragama di Bali tidak hanya terjadi setelah pemotongan kurban, namun juga sebelumnya di mana pemerintah daerah dan keluarga puri atau kerajaan juga ikut menyumbang hewan kurban secara rutin.

Seperti tahun ini, kata Hardilan, Wali Kota Denpasar dan Puri Grenceng turut berpartisipasi dengan ikut berkurban sapi dan kambing.

Jumlah 131 ekor sapi dan 278 ekor kambing ini juga meningkat. Tahun lalu mereka menyembelih 115 ekor sapi dan 244 ekor kambing dengan penerimanya 10 ribu orang.

Baca Juga: Update Kasus Kebakaran gudang LPG di Denpasar: Polisi Sebut TKP tak Layak Jadi Tempat Penyimpanan Gas

Salah satu umat Hindu yang menerima paket daging kurban, Turah Gede, mengaku senang karena tradisi ini terus berlanjut di lingkungan tersebut.

Menurut dia kebersamaan di lingkungan tersebut memang terjalin baik, bahkan kerap kali anak-anak muda Muslim disana bermain ke rumahnya.

“Saya pribadi punya saudara disini, tinggal puluhan tahun dan pasti ada kegiatan ini, senang sekali karena intinya kebersamaan itu indah apapun keyakinan dan agama kita, kita NKRI,” ujar Turah Gede. ***

Editor: Shira Ade

Sumber: Dari berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah