“Lakukan control dan evaluasi setiap saat melalui proses manajemen dan yang penting bagaimana optimisme itu harus tetap diperjuangkan,” tandasnya.
Sedangkan Wayan Suyadnya, dalam diskusi ini mengungkapkan, kenapa dirinya dengan optimis mampu mendirikan perusahaan media “Media Bali” meskipun ditengah-tengah rumor yang meragukan kiprahnya selama ini.
Dikatakannya sebelumnya sudah melakukan kajian. Faktanya hingga kini belum ada satupun media di Bali yang gulung tikar. Meskipun ada beberapa persoalan yang dihadapi. Ia berujar “Media Bali” hingga kini masih menunjukkan kiprahnya.
“Media cetak masih kok jadi rujukan di tengah derasnya platfom digital,” imbuhnya.
Menariknya Negah Muliarta, menyampaikan, kondisi terkini platform digital yakni masih berkutatnya praktisi media di platform 1.0, padahal saat ini platformnya bergeser ke 3.0.
“Kita masih sibuk dengan SEO dan Clickbait, kita lupa menyematkan DNA kita, yang penting bagaimana mengejar ‘viewer’. Ibaratnya media tanpa identitas,” sentilnya.
Menurut praktisi media yang juga seorang akademisi, Muliarta menyatakan, media yang nantinya bertahan yakni media yang memiliki idealisme dengan menciptakan jurnalisme berkualitas. ***