Dampak Kebijakan EUDR Bagi Petani Sawit Indonesia

- 3 November 2023, 15:41 WIB
Dr. Rizal Affandi Lukman, Secretary General, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) di Nusa Dua Bali
Dr. Rizal Affandi Lukman, Secretary General, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) di Nusa Dua Bali /GAPKI

INDOBALINEWS  - Sekertaris Jendral CPOPC (Council of Palm oil Producing Countries) Dr. Rizal Afandi Lukman, mengatakan kebijakan EUDR atau European Union Deforestasion-Free Regulation yang diberlakukan oleh UE (Uni Eropa) di tanggal 16 Mei 2023 lalu dinilai akan memberikan dampak signifikan kepada petani sawit.

Sebab, ada kesenjangan antara regulasi EUDR dan kondisi di lapangan yang dihadapi petani sawit sehari-hari. Regulasi tersebut memberlakukan benchmarking atau pengelompokan negara eksportir berdasarkan tingkat resiko deforestasi, yakni ‘Tinggi Resiko’, ‘Resiko Menengah’ dan ‘Rendah Resiko’," kata Rizal di IPOC (Indonesian Palm Oil Conference 2023, Kamis 2 November 2023 di Nusa Dua Bali.

Ditambahkannya, berdasarkan standard UE, Indonesia dinilai sebagai negara dengan penghasil komoditas yang memiliki resiko deforestasi tinggi, salah satunya melalui ekspor minyak kelapa sawit.

Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi deforestasi di berbagai negara, namun terjadi ketimpangan antara tuntutan UE dan regulasi di lapangan.

Tantangan terberat bagi petani sawit Indonesia terletak pada ketelusuran atau tracebility karena sebagian besar dari mereka bergantung pada pihak perantara dalam melakukan bisnis, sehingga melacak buah kelapa sawit hingga ke asalnya akan sulit dilakukan.

Baca Juga: Tanpa Sawit Zero Emision Hanya Ilusi, Eddy : No Palm Oil No Life

Tanpa kehadiran EUDR, petani sawit Indonesia sudah mengalami tantangan dan masih membutuhkan bimbingan dalam memenuhi kriteria keberlanjutan industri sawit karena manajemen kelompok tani yang belum terorganisir, kurangnya akses pada alat pertanian yang berkualitas dan pendanaan.

“Tidak hanya di Indonesia, namun kebijakan EUDR akan berdampak kepada lebih dari 3 juta petani sawit di seluruh dunia,” ujar Rizal.

Dr. Andri Hadi, Duta besar Indonesia untuk Belgia, Luxembourg dan Uni Eropa menyatakan jika hal ini terus berlanjut, maka petani sawit dari berbagai belahan dunia akan hilang dari rantai pasok. Petani sawit sendiri merupakan pilar yang penting dalam industri sawit di Indonesia oleh karena kontribusinya yang berkisar di angka 41% (2.6 juta petani sawit Indonesia).

Halaman:

Editor: Saifullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x