Buntut Rusuh Demo Ciptaker, Kagama Filsafat Kecam Doxing

21 Oktober 2020, 21:56 WIB
ilustrasi Fakultas Filsafat UGM /kagama.co.id

INDOBALINEWS - Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Komisariat Fakultas Filsafat, Rabu 21 Oktober 2020 mengeluarkan pernyataan sikap tentang segala tuduhan dan perlakuan doxing yang diterima Azhar Jusardi Putra.

Pernyataan sikap itu dikeluarkan menyusul dampak buruk doxing yang diterima oleh seorang mahasiswa Fakultas Filasat UGM, Azhar dan keluarganya menyusul tuduhan sebagai penggerak demo rusuh.

Baca Juga: Hendardi : Unjuk Rasa UU Ciptaker, Ketertiban Sosial Jadi Prioritas Bersama

Azhar Jusardi Putra adalah mahasiswa Filsafat UGM yang menjadi korban doxing setelah ia dituduh menjadi provokator demo rusuh menolak UU Ciptaker di Gedung DPRD Yogyakarta 8 Oktober 2020 lalu. Doxing adalah mencari, mengumpulkan, dan membagikan informasi identitas pribadi secara publik tanpa persetujuan pemilik data tersebut.

Menurut salah satu pengurus Kagama Komisariat Filsafat, Hamzah saat dikonfirmasi indobalinews.com, Rabu 21 Oktober 2020, keluarga Azhar ikut menjadi korban perlakuan tidak menyenangkan dari sejumlah pihak berkaitan dengan tuduhan terhadap putranya.

Baca Juga: Polda Bali Bersiap Antisipasi Pengamanan Aksi Demo

"Ibu dari Jusardi mendapatkan serangan verbal dalam bentuk tulisan-tulisan tidak pantas di dalam forum webinar dan mengajar," ungkap Hamzah mengutip percakapan di grupnya yang melaporkan perkembangak kasus doxing yang menimpa Azhar.

Ditambahkan juga oleh Hamzah bahwa orang tua Jusardi saat ini dalam keadaan relatif baik dan mendukung apa yang dilakukan oleh anaknya. "Saat ini, ayahnya yang menguatkan sang ibu. Josardi tidak putus kontak dengan orangtuanya. Saya cukup respect dengan sikap Jusardi yang meski sangat mengkhawatirkan orangtuanya, tetapi tidak playing victim," imbuhnya.

Baca Juga: Kecapekan Naik Gunung Agung Bali, Ngurah Minta Dievakuasi Tim SAR

Doxing terhadap Azhar terjadi beberapa hari belakangan dan disajikan di ruang publik sejumlah media sosial. Konten tersebut beredar melalui aplikasi pesan seperti Whatsapp, Instagram juga Twitter.

Penyebaran konten tersebut secara vulgar menyebutkan nama lengkap, fakultas dan angkatan kuliah, Nomor Induk Mahasiswa, daerah asal, foto wajah serta dorongan untuk mengambil sikap keras atas yang bersangkutan.

Baca Juga: Update Penanggulangan Covid-19 di Bali, 21 Oktober 2020

Bahkan di dunia maya, muncul serangan respons negatif, bahkan ancaman keselamatan jiwa, baik di akun akun pengunggah maupun akun media sosial pribadi yang bersangkutan. Serangan-serangan semacam ini juga telah diarahkan terhadap keluarganya.

Menurut Achmad Charris Zubair, tuduhan serampangan dan stigmatisasi ini merupakan bagian dari pembunuhan karakter yang mencerminkan pola-pola pembungkaman aspirasi dan suara kritis. Belum lagi tuduhan serampangan ini ikut pula menyeret Lembaga Studi Filsafat “Cogito”, sebuah badan kegiatan mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Filsafat UGM, ke dalam stigma itu.

Baca Juga: Bikin Jalur Tikus Kabur dari Lapas, Terpidana Mati Narkoba Bunuh Diri di Hutan

Atas dasar itu, terkait dengan apa yang dialami oleh salah satu anggota keluarga besar Fakultas Filsafat UGM, yakni Azhar Jusardi Putra alias Josardi, yang karena terlibat dalam aktifitas demokratis menyampaikan sikap politiknya kemudian dituduh sebagai dalang kerusuhan dan berikutnya distigma

Saat aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja 8 Oktober 2020

---------
Artikel ini sudah Terbit di AyoYogya.com, dengan Judul Mahasiswa Filsafat UGM Dipaksa Mengaku Sebagai Provokator Demo, pada URL https://ayoyogya.com/read/2020/10/11/40677/mahasiswa-filsafat-ugm-dipaksa-mengaku-sebagai-provokator-demo

Penulis: Regi Yanuar Widhia Dinnata
Editor : Regi Yanuar Widhia DinnatKonten dalam bentuk foto, video dan data diri ini berrekalangan warga DIY dan juga di daerah asalnya. Di dunia maya, muncul serangan respons negatif, bahkan ancaman keselamatan jiwa, baik di akunakun yang telah kami sebutkan maupun akun media sosial pribadi yang bersangkutan.

Terkait dengan tuduhan sebagai penggerak demo rusuh dan stigma sebagai anti-Pancasila atas mahasiswa Fakultas Filsafat UGM bernama Azhar Jusardi Putra, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Komisariat Fakultas Filsafat menyatakan :

Baca Juga: Belum Sembuh 100 Persen, Donald Trump Keluar RS Militer

1. Mengecam tuduhan tanpa bukti, pembunuhan karakter beserta doxing yang ditujukan terhadap Azhar Josardi Putra.

2. Menyerukan agar pihak-pihak terkait menghentikan penggunaan cara-cara tidak terpuji seperti yang telah dilakukan terhadap Azhar Jusardi Putra dan menarik tuduhan tersebut.

3. Meminta aparat keamanan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan atas Azhar Jusardi Putra dan keluarganya.

Baca Juga: Hilang Kontak, Basarnas Bali Kerahkan Heli Cari KM Tanjung Permai

4. Mendukung aparat keamanan untuk mengusut tuntas peristiwa kerusuhan di Malioboro pada tanggal 8 Oktober 2020 secara objektif, transparan dan adil.

5. Mengajak sesama masyarakat, terutama warganet, untuk bijaksana menyikapi tuduhan dan stigmatisasi tidak bertanggung jawab atas Azhar Jusardi Putra, juga menahan diri dari ikut menuduh dan memojokkan yang bersangkutan beserta keluarganya.

6. Mengajak masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga Yogyakarta pada khususnya untuk bersama-sama menjaga solidaritas sosial, kedamaian, keamanan serta bijak dalam memilah dan merespon informasi yang diterima.

Baca Juga: Bunuh Diri, Kadus di Bali Tulis Wasiat di FB

Pernyataan sikap ini dikeluarkan oleh Ketua Umum KAGAMA Komisariat Fakultas Filsafat Achmad Charris Zubair, Ketua Harian Sahanuddin Hamzah dan Sekertaris umum Danang Ardianta.

Baca Juga: Hati-hati Main Medsos, Bisa-bisa Berakhir di Ruang Sidang

KAGAMA Filsafat adalah sebuah komunitas alumni Fakultas Filsafat UGM yang memiliki beragam pemikiran dan latar belakang. Secara prinsip, tidak menyetujui penggunaan segala bentuk kekerasan dan perusakan baik aset pribadi warga maupun fasilitas publik dalam penyampaian pendapat dan aspirasi.

Karenanya Achmad Charris Zubair juga mengecam jika penyampaian sikap politik akhirnya menimbulkan kekacauan dan kerusuhan sosial.(***)

 

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler