Begini Makna dan Filosofi Hari Raya Galungan bagi Umat Hindu

- 14 April 2021, 12:48 WIB
Penjor yang dipasang saat Hari Raya Galungan dihadirkan sebagai simbol persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Mahaesa.
Penjor yang dipasang saat Hari Raya Galungan dihadirkan sebagai simbol persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Mahaesa. /INDOBALINEWS/Putu Ayu Adi Susanti

Baca Juga: Jelang Galungan di Denpasar Bali, 13 Tim Cek Post dan Ante Mortem Daging Babi 

Dari makna pendirian dan pikiran yang terang inilah yang membuat wujud dhama muncul dalam diri. Sedangkan segala bentuk kekacauan pikiran adalah wujud adharma.

Dalam konsep Lontar Sundarigama inilah didapat kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan kemenangan dharma melawan adharma.

Pada saat Hari Raya Galungan, umat Hindu akan mengaturkan atau mempersembahkan banten atau sesajen untuk mengucapkan terima kasih ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas terciptanya dunia dengan segala isinya.

Perayaan Galungan biasanya identik dengan pemasangan penjor pada pintu masuk sebelah kanan pada setiap rumah  yang merupakan persembahan ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Mahaesa.

Penjor dilambangkan sebagai gunung yang merupakan segala sumber kemakmuran yang diperlukan oleh seluruh mahluk hidup.

Gunung adalah sumber dari sandang, pangan dan papan, penghasil udara dan air oleh karena itu disimbolkan dengan penjor dengan segala hiasan sesuai seni dan budaya umat Hindu.

Sehingga penjor akan dilengkapi dengan hasil bumi pala bungkah (umbi-umbian) dan pala gantung (buah-buahan) dan juga dilengkapi dengan kain putih kuning yang melambangkan panji-panji keheningan ketulusikhlasan dan kesucian rohani.***

Halaman:

Editor: M. Jagaddhita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah