Persoalan pendidikan yang menjadi perhatiannya, tidak hanya basa-basi, tetapi harus aksi nyata lewat tindakan nyata, yang sifatnya terus menerus secara konsisten. “Pendidikan itu bukan basa basi, bukan pencitraan, tetapi harus ada tindakan nyata dan dilakukan secara berkesinambungan secara terus menerus,” ujarnya.
Meski dengan keterbatasan kekurangan sumber daya, program pendampingan anak-anak putus sekolah di desa terus berjalan. Beruntung tokoh masyarakat lainnya perlahan memberi dukungan kepada upaya Komang Anik Sugiani dan teman-temannya.
Memulai dengan Program Taman Pintar yakni pendidikan gratis bagi anak-anak putus sekolah disusun dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat yang terbentur biaya sekolah.
Dibuatlah ide, biaya pendidikan anak-anak diganti dengan penukaran hasil pengumpulan sampah-sampah. Program ini juga untuk mengajarkan anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan.
“Anak-anak dilatih gratis, hanya membayar dengan sampah plastik yang berhasil dikumpulkan,dikelola Bank Sampah “ ungkap Komang Anik Sugiani.
Dibawah bendera Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB) yang merupakan komunitas anak SMA atau yang tidak mampu sekolah SD dan SMP. Mereka yang diasuh YPJB diberikan pelajaran mengolah sampah, membuat Bata, ramah lingkungan, Eco Enzyme hingga bantal alas duduk.
Mereka para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pembelajaran pelatihan dan mendapatkan uang saku, perlengkapan sekolah serta sembako.
Baca Juga: Ikan Hidup dari Bali Jadi Primadona Pasar ASEAN
Ni Komang Anik Sugiani terus menggalang dukungan, walau tidak sedikit orangtua yang belum percaya dengan kegiatan-kegiatan yang masih sebatas digerakkan komunitas.