Munas GP Farmasi: Kemitraan Strategis untuk Kemandirian Obat dan Kurangi Ketergantungan Produk Impor

29 Maret 2022, 17:40 WIB
Ketua Umum GP Farmasi, Tirto Kusnadi. /Dok Fiky

INDOBALINEWS - Kemitraan strategis dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta pihak lain menjadi Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) telah menyelenggarakan Musyawarah Nasional ke XVI yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, pada tanggal 23-24 Maret 2022 yang lalu.

Beberapa agenda pada Munas GP Farmasi ke XVI tersebut antara lain diskusi panel bersama pemangku mepentingan.

Antara lain Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta pemilihan Ketua Umum Periode 2022-2027. Dalam Munas tersebut, Tirto Kusnadi terpilih kembali sebagai Ketua Umum untuk periode jabatan 2022-2027.

Baca Juga: Pengurus Forkom Tite Hena Bali Dilantik

Munas GP Farmasi ke XVI tersebut dibuka dengan keynote speech dari Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dan sambutan dari Kepala BPOM, Penny K. Lukito.

Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi panel dengan sejumlah nara sumber yaitu Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Lucia Rizka Andalucia, Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI, Dra. Rr. Mayagustina Andarini..

Baca Juga: COP 4.2 Konvensi Minamata Tentang Merkuri Hasilkan Deklarasi Bali dan Sejumlah Poin Penting

Juga hadir Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian RI, Ignatius Warsito, Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi, LKPP, Gatot Pambudhi Poetranto, dan dipandu oleh Moderator Direktur Eksekutif GP Farmasi Indonesia Elfiano Rizaldi.

Ketua Umum GP Farmasi, Tirto Kusnadi mengatakan, penyelenggaraan Munas GP Farmasi ke XVI ini semakin memperkuat komitmen pelaku industri kesehatan dan farmasi yang tergabung dalam GP Farmasi untuk mewujudkan kemandirian kesehatan nasional dengan menjamin ketersediaan obat dan vitamin di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Dengan melibatkan 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat dan kekuatan saluan distribusi anggotanya, GP Farmasi optimistis dapat berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan obat-obatan impor.

 Baca Juga: Kasus Pornografi OnlyFans: Tersangka Dea Mengaku Telah Setahun Menjual Video dan Foto Porno

Melalui Munas, GP Farmasi bersama dengan Kementerian dan Lembaga terkait juga telah memperkuat komitmen kerjasama strategis dalam upaya memenuhi kebutuhan obat-obatan dalam negeri.

“Dukungan dari Kementerian dan Lembaga menjadi hal yang sangat penting untuk terus diupayakan ke depan. Dalam Munas GP Farmasi, Kementerian Kesehatan menyampaikan akan memberikan fasilitas non fiskal berupa pembiayaan uji klinik untuk industri farmasi inovator," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya hal ini adalah salah satu hal yang kita sambut baik. Tidak hanya itu, GP Farmasi juga akan meningkatkan kemitraan strategis dengan akademisi, industri yang dapat memperkuat industri farmasi dari segi riset, bahan baku sampai formulasi, tambah Tirto.

Baca Juga: Liga 1 BRI: Laga Terakhir Bali United vs Persik Kediri Dipastikan Tanpa Penonton

Sebagai program prioritas dari kepengurusan GP Farmasi periode 2022-2027 diantaranya adalah memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan Pengurus dan anggota GP Farmasi yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Hal ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di daerah guna mencapai kemandirian obat seperti yang dicita-citakan seluruh anggota.

Djelaskan juga inovasi dan investasi yang telah dilakukan oleh pelaku industri farmasi menjadi fondasi fundamental untuk membangun ekosistem kemandirian Kesehatan yang sejalan dengan sejalan dengan inisiatif Indonesia yang akan diusung dalam KTT G20 di Bali akhir tahun ini.

Baca Juga: Penjualan Miras di Bali Capai Rp754,24 Miliar. Naik 24,84 Persen dari Tahun 2021

Pertumbuhan industri pada 2021 yang lalu sebesar 10,81 persen dengan nilai transaksi mencapai hingga Rp95 triliun baik itu penjualan dan distribusi produk farmasi adalah capaian yang menggembirakan.

"Namun, kami juga melihat potensi yang masih besar mengingat pengeluaran per kapita penduduk Indonesia untuk produk-produk farmasi masih lebih rendah dibanding negara lain di Asia Tenggara dan negara peer lainnya. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya menjaga kesehatan pasca pandemi ini, diharapkan turut menjadi katalis positif bagi pertumbuhan industri farmasi nasional,” tutup Tirto. ***

 

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler