Lanjut Tino, saat ingin menjual barang/produk, seorang penjual harus mengetahui nilai jual atau keunikan produknya. Bisa berupa packaging, inovasi, eksklusifitas, dan sebagainya yang menarik pembeli. Jika suatu produk tidak memiliki nilai jual yang berbeda dengan kompetitor, maka sedikit kemungkinan pembeli akan mempertimbangkan untuk membeli produk tersebut.
Baca Juga: Turis Spanyol Gantung Diri di Pagar Tangga Lantai Tiga Sebuah Vila di Bali
Selain itu, terdapat upaya non-teknis dalam menghadapi tantangan berjualan bagi brand lokal. Upaya tersebut ialah bekerja sama dengan influencer, membuat program kepedulian masyarakat, dan Whatsapp.
Menurut fakta yang dipaparkan Tino, 89% bisnis mendapatkan return of investment (ROI) atau dikenal dengan balik modal lebih baik saat bekerja sama dengan influencer. Namun, tetap harus bijak dalam memilih influencer dalam artian influencer memiliki reputasi yang baik, memperhatikan tingkat engagement yang tinggi, dan konten positif.
Baca Juga: Update: Video Viral Pesta Seks di Bali, 2 Bule Pemainnya Ditengarai Sudah Pulang ke Jerman
Webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bersama Siberkreasi ini menghadirkan pembicara Nannette Jacobus (Account Manager Frente Indonesia), Sofia Sari Dewi (Designer, Penggiat Social Media & Socialpreneur), Fransiscus Go (Bussines Owner - Penggiat Penjualan Online Sayur), Tino Thorik (Penggiat Sosial Media), dan Rahmad Ramadhan. Program ini bertujuan agar masyarakat Indonesia semakin paham dan mengerti dunia digital, hingga mencapai Indonesia #MakinCakapDigital.