Pesawat Jatuh di Guangxi China, KBRI Beijing dan KJRI Guangzhou Ikut Pantau Data 132 Penumpang

21 Maret 2022, 22:34 WIB
Sebuah pesawat China Eastern Airlines terlihat di Bandara Internasional Beijing, China, 22 Juli 2020. /ANTARA/Reuters/Carlos Garcia Rawlins/as

INDOBALINEWS - Pesawat domestik China Eastern Airlines jatuh di Daerah Otonomi Guangxi, China pada Senin 21 Maret 2022 sore.

Jatuhnya pesawat Boeing 737 yang membawa 132 penumpang itu mengakibatkan kebakaran hutan di perbukitan setempat.

Kedutaan Besar RI di Beijing dan Konsulat Jenderal RI di Guangzhou saling berkoordinasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang data penumpang yang menjadi korban jatuhnya pesawat tersebut.

Baca Juga: Ribuan Penonton MotoGP Telantar di Kawasan Mandalika, Gubernur NTB Minta Maaf

"Kami monitor terus kejadian sore ini. Kami terus koordinasikan dengan KJRI GZ (Guangzhou)," kata Wakil Kepala KBRI Beijing Dino R Kusnadi.

Hingga kini ia belum bisa memastikan ada atau tidaknya korban warga negara Indonesia dalam pesawat nahas itu.

"Informasi penumpang belum dikeluarkan oleh FAO (Kantor Urusan Luar Negeri) setempat," kata Dino.

Pesawat dengan nomor penerbangan MU-5735 itu jatuh di perbukitan di Kabupaten Tengxian, Daerah Otonomi Guangxi, sekitar pukul 14.00 waktu setempat (13.00 WIB).

Baca Juga: Puasa Ramadan: Penderita Diabetes Disarankan Konsumsi Ini Saat Berbuka

Pesawat yang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong itu jatuh dan terbakar di wilayah Guangxi.

Pesawat tersebut mengangkut 132 orang, termasuk sembilan kru, yang sampai saat ini belum diketahui nasibnya.

Foto dan gambar yang beredar di sejumlah media sosial China menunjukkan kobaran api di atas perbukitan dan warga di sekitar lokasi menemukan puing-puing pesawat yang jatuh itu.

Guangxi diapit oleh Yunnan dan Guangdong di wilayah selatan China yang berbatasan langsung dengan Vietnam.

Baca Juga: Pemerintah Tak Menyerah kepada Para Spekulan, Mendag: Polri Segera Umumkan Tersangka Mafia Minyak Goreng

Kunming dan Guangzhou menjadi pintu utama penerbangan internasional tujuan China selama masa pandemi Covid-19, termasuk penerbangan dari Indonesia.

Para pengguna penerbangan internasional wajib menjalani karantina di kedua kota tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke kota-kota besar lainnya di China, termasuk Beijing yang sampai saat ini belum membuka jalur penerbangan internasional secara langsung.

Insiden tersebut merupakan kecelakaan udara terburuk pertama di China sejak peristiwa jatuhnya pesawat di Yinchun, Provinsi Heilongjiang, pada 2010, seperti dilaporkan media setempat.

Otoritas penerbangan China pada 19 Februari 2022 merilis bahwa waktu penerbangan sipil yang aman berhasil melampaui 100 juta jam, catatan terbaik dalam sejarah industri penerbangan sipil China.***

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler