Presiden Israel: Perlu Tetap Berada di Gaza Pasca Konflik, Biden Sebut itu Kesalahan Besar

16 November 2023, 18:56 WIB
Seorang pria berjalan di dalam lokasi rumah sakit Al Shifa selama pembantaian penjajah Israel di sekitar rumah sakit di Kota Gaza. /Reuters/Ahmed El Mokhallalati/

INDOBALINEWS - Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan "kekuatan yang sangat kuat" mungkin perlu tetap berada di Gaza dalam waktu dekat untuk mencegah kelompok militan Hamas muncul kembali setelah perang, namun Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa menduduki Gaza akan menjadi "kesalahan besar".

"Jika kita mundur, lalu siapa yang akan mengambil alih? Kita tidak bisa meninggalkan ruang hampa. Kita harus memikirkan bagaimana mekanismenya; ada banyak ide yang dilontarkan," kata Herzog dalam wawancara dengan The New York Times dilansir Reuters, Kamis 16 November 2023.

"Tapi tidak ada yang mau mengubah tempat ini, Gaza, menjadi basis teror lagi,” tambahnya.

Baca Juga: Kesaksian Dokter di RS Al Shifa Gaza: 'Tank Menembak Terus, Kami Menunggu Titik Akhir Bisa Bertahan atau Tidak

Herzog mengatakan bahwa pemerintah Israel sedang mendiskusikan banyak gagasan tentang bagaimana Gaza akan dikelola setelah perang berakhir.

Selain itu, ia berasumsi bahwa Amerika Serikat dan “tetangga di kawasan” akan memiliki keterlibatan dalam tatanan pasca-konflik.

Biden mengatakan pada Rabu, 15 November 2023, telah menjelaskan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengenai solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina dan bahwa menduduki Gaza akan menjadi “kesalahan besar”.

Otoritas Palestina (PA), yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan Gaza, yang dikuasai Hamas sejak tahun 2007, merupakan bagian integral dari apa yang mereka impikan untuk negara Palestina di masa depan.

Baca Juga: Israel 'Obok-Obok' Rumah Sakit di Gaza Cari Bukti Keberadaan Hamas

Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas, namun belum mengajukan rencana untuk menentukan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang.

Menurut Netanyahu, Israel harus mempertahankan tanggung jawab keamanan keseluruhan di Gaza untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Diketahui, fokus militer Israel tetap tertuju pada rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, di mana dikatakan Hamas menyimpan senjata dan menjalankan pusat komando di terowongan di bawah bangunan tersebut.

Pasukan Israel memaksa masuk ke rumah sakit Al Shifa pada Rabu dini hari dan menghabiskan hari itu untuk memperdalam pencarian mereka, kata militer. Sebuah video tentara menunjukkan senjata otomatis, granat, amunisi dan jaket antipeluru ditemukan dari sebuah bangunan yang dirahasiakan di dalam kompleks tersebut.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Produksi Minyak Amerika Tidak Bisa Naik Lagi?

“Pasukan terus melakukan penggeledahan di rumah sakit dengan cara yang tepat dan berdasarkan intelijen,” kata juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari pada konferensi pers.

Biden mengatakan Hamas melakukan kejahatan perang dengan menempatkan markas militernya di bawah rumah sakit. Dia mengatakan Israel masuk ke Al Shifa dengan pasukan bersenjata terbatas.

"Mereka diberitahu, kami membahas perlunya mereka sangat berhati-hati," kata Biden kepada wartawan pada hari Rabu.

Militer Israel tidak menyebutkan menemukan pintu masuk terowongan di Al Shifa. Sebelumnya disebutkan bahwa Hamas telah membangun jaringan terowongan di bawah rumah sakit. Hamas membantahnya dan menolak pernyataan terbaru militer.

“Pasukan pendudukan masih berbohong karena mereka membawa sejumlah senjata, pakaian dan peralatan dan menempatkannya di rumah sakit dengan cara yang memalukan,” kata anggota senior Hamas yang berbasis di Qatar, Ezzat El Rashq.

“Kami telah berulang kali meminta komite dari PBB, Organisasi Kesehatan Dunia dan Palang Merah untuk memverifikasi kebohongan pendudukan.”*

Editor: Wildan Heri Kusuma

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler