Pasukan AS Mendapat Kecaman di Timur Tengah Ketika Konflik Israel-Palestina Semakin Memanas

- 10 November 2023, 09:41 WIB
Tentara Israel melakukan operasi darat di Gaza, buru kelompok militan Hamas.
Tentara Israel melakukan operasi darat di Gaza, buru kelompok militan Hamas. /REUTERS/RONEN Zvulun

INDOBALINEWS - Amerika Serikat (AS) disebut terlibat dalam konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza. Kabar ini mencuat usai adanya serangan AS menggunakan pesawat tak berawak dan rudal ke arah milisi Iran di Irak.

Insiden tersebut merupakan salah satu dari sedikitnya 40 serangan drone dan roket terpisah yang dilancarkan terhadap pasukan AS oleh milisi dukungan Iran di Irak dan Suriah selama tiga minggu terakhir sebagai tanggapan atas dukungan AS terhadap Israel dalam perang Gaza, menurut data Pentagon dan kedua pejabat AS.

Dilansir dari Reuters, Kamis, 9 November 2023, pesawat tak berawak yang rusak di Irak mungkin telah membantu AS agar tidak terseret lebih dalam ke dalam konflik Timur Tengah yang semakin meluas.

Baca Juga: Rudal Anti-Kapal Hizbullah Meningkatkan Ancamannya terhadap Angkatan Laut AS

Drone tersebut, yang diluncurkan di pangkalan udara Erbil oleh milisi yang didukung Iran sebelum matahari terbit pada tanggal 26 Oktober 2023, menembus pertahanan udara AS dan jatuh ke lantai dua barak yang menampung pasukan AS sekitar pukul 5 pagi, menurut dua pejabat AS akrab dengan masalah ini.

Namun alat yang berisi bahan peledak tersebut gagal meledak dan pada akhirnya hanya satu anggota militer yang mengalami gegar otak akibat dampaknya, kata para pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya agar bisa berbicara bebas tentang serangan tersebut.

Mereka menambahkan, AS beruntung karena drone tersebut bisa menyebabkan pembantaian jika meledak. Pemboman tersebut sejauh ini hanya menyebabkan beberapa lusin luka ringan, dengan banyak dari roket dan drone serangan satu arah dicegat oleh pertahanan udara AS di Irak dan Suriah, yang merupakan markas total 3.400 tentara AS.

Baca Juga: Israel Klaim Pasukannya Beroperasi di 'Jantung' Kota Gaza, Pemimpin Hamas Terisolasi di Bunker

David Schenker, mantan asisten menteri luar negeri AS di lembaga pemikir Washington Institute for Near East Policy, memperingatkan bahwa meskipun Iran dan kelompok sekutunya maupun AS tampaknya tidak menginginkan konfrontasi langsung, risikonya semakin besar.

Kemungkinan terjadinya serangan besar-besaran yang menyeret AS ke dalam konflik adalah “kekhawatiran yang sangat realistis,” katanya.

"Saya pikir mereka mengkalibrasi serangan-serangan itu untuk melecehkan dan bukannya membunuh tentara AS secara massal,” katanya mengenai milisi Irak dan Suriah. “Tetapi masih banyak lagi yang bisa mereka lakukan.”

Baca Juga: PBB Sebut 'Gaza Menjadi Kuburan bagi Anak-Anak', Korban Tewas Capai 10.000 Orang

Tidak jelas bagaimana Presiden Joe Biden akan menanggapi serangan besar yang menewaskan banyak orang AS.

Berjuang dalam jajak pendapat menjelang pemilihan presiden tahun depan, Biden sejauh ini berusaha membatasi peran AS dalam konflik tersebut hanya untuk memastikan bantuan militer ke Israel.

Perang pecah ketika orang-orang bersenjata dari Hamas, kelompok militan yang didanai Iran dan menguasai daerah kantong Palestina di Gaza.

Melakukan serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023 lalu dan menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 240 orang.

Sejak itu, Israel tanpa henti membombardir wilayah pesisir tersebut, menewaskan lebih dari 10.000 orang, banyak di antaranya adalah anak-anak.

Sementara itu, Iran menyatakan pihaknya tidak berperan dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 tersebut terhadap Israel, meski pihaknya menyambut baik serangan tersebut.**

Editor: Wildan Heri Kusuma

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah