INDOBALINEWS - Kontroversi yang telah berlangsung selama puluhan tahun baru-baru ini muncul kembali, ketika kedutaan AS men-tweet bahwa Amerika menyumbangkan perlengkapan kebersihan kepada orang Filipina dengan catatan dari “Sabah, Malaysia”.
Pada 27 Juli, Menteri Luar Negeri Filipina Teodore Locsin Jr, mencaci kedutaan AS “Sabah tidak berada di Malaysia jika Anda ingin berhubungan dengan Filipina,” tulis Locsin Jr di Twitter kedutaan besar AS.
Atas kondisi ini, Departemen Luar Negeri Filipina (DFA)pun, seperti yang ditulis di Rappler.com, akhirnya berencana untuk mendirikan kembali Kantor Urusan Kalimantan Utara (North Borneo Bureau).
Langkah berani ini menandai bahwa Filipina mengklaim Sabah sebagai wilayah kedaulatannya.
Baca Juga: Ketegangan Baru Filipina vs Malaysia Soal Sabah, Saling Klaim dan Panggil Pejabat Utusan
Sekilas sejarah Sabah
Klaim Filipina atas Sabah bermula dari pertanyaan mendasar: “Apakah Sultan Sulu melalui dokumen yang ditandatangani pada 22 Januari 1878, menjual atau hanya menyewakan Sabah kepada Inggris, yang menguasai wilayah yang sekarang dikenal sebagai Malaysia?”
Malaysia menafsirkan dokumen tahun 1878 sebagai Sultan Sulu, Jamalul Alam, menjual Sabah kepada Inggris. Filipina menegaskan bahwa Sultan hanya menyewanya.