INDOBALINEWS - Hari ini Sabtu 27 April 2024, jagad sastra Indonesia kehilangan seorang penyair inspirasional yang karya karyanya disuka segala kalangan. Joko Pinurbo atau kerap disapa Jokpin meninggal dunia di usia memasuki 62 tahun di Yogyakarta.
Untuk mengenang dedikasinya pada dunia sastra Indonesia, berikut redaksi rangkum sekelumit karyanya puisi-puisi cinta yang begitu melekat di benak dan saat ini kerap dijadikan status di jagad medsos.
Kepada Cium
Kupetik pipinya yang ranum,
kuminum dukanya yang belum: Kekasihku,
senja dan sendu telah diawetkan dalam kristal matamu.....
Seperti anak rusa menemukan sarang air di celah batu karang tersembunyi,
seperti gelandangan kecil menenggak
sebotol mimpi di bawah rindang matahari,
malam ini aku mau minum di bibirmu.
Seperti mulut kata mendapatkan susu sepi
yang masih hangat dan murni,
seperti lidah doa membersihkan sisa nyeri
pada luka lambung yang tak terobati.
Mendarat 3
Beberapa saat lagi Pesawat anda akan mendarat Di halaman hati saya Tak ada perbedaan waktu Antara beci dan rindu
- Kesedihan
Tak ada kesedihan yang sia-sia Waktu akan mengumpulkan pecahan-pecahannya Untuk menyusun kebahagiaanmu suatu ketika Kesedihan bisa digunakan untuk menggarisbawahi kebahagiaan Setiap orang akan menyeduh kesedihan dan kebahagiaanya di secangkir teh atau kopi. Dan meminum air matanya sendiri.
- Kekasihku
Cinta seperti penyair. Berdarah dingin Yang pandai menorehkan luka Rindu seperti sajak sederhana Yang tak ada matinya
- Surat kopi
Ingin kuterima batuknya dalam paru paruku tapi tak ingij nkusentuh kantuknya rindunya sebab hatinya lebih tegar dari waktu. maaf aku sedang membaca surat surat yang telah lama kutulis tapi tak pernah kukirim karena tak kutahu alamatmu
- Malam Rindu.
Malam Rindu hatiku ketar ketir Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku ke pelukanmu dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat singkatnya. Sebelum ahad tiba anarki bisa saja muncul dari sebutir benci atau sebongkah trauma mengusik undang undang dasar cinta merongrong panca rindu di bibirku dan aku gagal mengobarkan Sumpah Pemuda di bibirmiu
- Kopi, Puisi
Kita ini secangkir kopi.
Kamu cangkirnya, aku kopinya. Peminumnya adalah malam, hujan, puisi. ***