Menelisik Lagi Karya Pramoedya Ananta Toer, Sang Penghayat Hidup untuk Kehidupan

- 26 April 2024, 22:00 WIB
Para nara sumber dan peserta diskusi 'Menimbang Pramoedya Ananta Toer 'BUMI, MANU, BUDI' Kamis, 25 April 2024 di ISI Denpasar.
Para nara sumber dan peserta diskusi 'Menimbang Pramoedya Ananta Toer 'BUMI, MANU, BUDI' Kamis, 25 April 2024 di ISI Denpasar. /Dok Ida

INDOBALINEWS - Bentara Budaya Bali bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar diskusi bertajuk Menimbang Pramoedya Ananta Toer “BUMI, MANU, BUDI” Kamis, 25 April 2024 di ISI Denpasar.

Tampil sebagai narasumber yakni Prof. Koh Young Hun, seorang peneliti serta pengamat kesusastraan Indonesia. Profesor di Departemen Studi Melayu-Indonesia Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Seoul, Korea Selatan ini telah menulis berbagai makalah dan ulasan mendalam mengenai karya-karya Pramoedya Ananta Toer.

Karya kolaboratif Prof. Koh Young Hun yang juga terkenal adalah buku “Kumpulan Cerita Pendek Korea: Laut dan Kupu-Kupu”, ditulis bersama dua aktivis sastra Indonesia, Hamsad Rangkuti dan Tommy Christomy, diterbitkan GPU (2007).

Baca Juga: Sempat Viral di Medsos, Lagi Panaskan Mobil, Ditinggal Sebentar Dompet Langsung Lenyap

Diskusi buku di ISI Denpasar Kamis 25 April 2024.
Diskusi buku di ISI Denpasar Kamis 25 April 2024. Dok Ida

Diskusi kali ini merupakan sebentuk perayaan kebersamaan sejurus upaya menimbang kembali sosok, karya, dan pemikiran Pramoedya Anantara Toer yang berpulang pada 30 April 2006 silam. Perbincangan dipandu oleh Galuh Praba, news anchor, lulusan Ilmu Komunikasi, Universitas Udayana.

Adapun program ini terangkai dalam tajuk Bali-Bhuwana Kanti (Global-Bali Arts and Culture Project Networks) seturut Festival Internasional Bali-Padma Bhuwana IV tahun 2024 yang diselenggarakan oleh ISI Denpasar. Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana secara khusus juga memberikan sambutan pembuka pada acara ini.

“Dengan membaca karya-karya Pramoedya, kita diajarkan melihat Indonesia dari sisi paling insani, bukan semata yang heroik. Menghayati karya Pram mengarahkan kita pada penghayatan kehidupan, bukan semata kita hidup untuk hidup itu sendiri, tetapi hidup untuk kehidupan. Itulah ruang budi, praktik hidup yang dilandasi keinginan menyejarah, “ ungkap Prof. Kun Adnyana.

Baca Juga: Baru 40 Persen Wisawatan Asing Masuk Bali yang Membayar Pungutan Wisman

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x