Begini Makna Peringatan Hari Tumpek Wariga, Wujud Syukur Atas Kekayaan Alam

- 4 Februari 2024, 07:20 WIB
Walikota Denpasar saat mengikuti rangkaian Persembahyangan Bersama, Nguduh Sarwa Tumuwuh serta Penanaman Pohon memperingati Tumpek Wariga di Pura Agung Lokanatha Denpasar Sabtu 3 Februari 2024.
Walikota Denpasar saat mengikuti rangkaian Persembahyangan Bersama, Nguduh Sarwa Tumuwuh serta Penanaman Pohon memperingati Tumpek Wariga di Pura Agung Lokanatha Denpasar Sabtu 3 Februari 2024. /Dok Humas Pemkot Denpasar

Selanjutnya keempat yakni Bubur/bubuh ketan (warna kuning) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya. Dan kelima yakni Bubur/bubuh beras injin (beras hitam) dihaturkan kepada tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni, dan/atau minyak harum.

Baca Juga: Tinggalkan PSIS Semarang, Carlos Fortes Resmi Gabung Klub Liga 1 Uni Emirat Arab Al Dhafra

Dimana, Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa. "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged,". Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah dan berbunga banyak agar dapat dipersembahkan saat Galungan nanti.

Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, peringatan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh di Kota Denpasar memang rutin dilaksanakan sebagaimana Hari Tumpek lainya.

"Meski demikian, di Kota Denpasar, selain upacara Persembahyangan Bersama juga dilaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh atau memberikan persembahan bubuh bagi tumbuh-tumbuhan serta penanaman pohon, ujar Walikota.

Baca Juga: Pelaku Kuliner Non Halal tak Perlu Khawatir soal Sertifikasi Halal UMKM, Begini Kata Kemenag Bali

Lebih lanjut dijelaskan, saat Tumpek Wariga, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan. Dimana, Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.

Jaya Negara menambahkan, Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Sehingga, perayaan Tumpek Wariga juga merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam.

"Mari kita bersama, Umat Hindu dimanapun berada menjadikan Tumpek Wariga ini sebagai momentum untuk meningkatkan sradha bhakti, wujud syukur kepada alam semesta yang telah memberikan anugrah kekayaan alam, dengan menyucikan dan memuliakan tumbuh-tumbuhan yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia," ujar Jaya Negara. (

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah