'Prof Abdul Mu'ti Sosok Tepat Calon Kemendikbudristek di Tengah Suburnya Paham Radikal'

14 April 2021, 08:52 WIB
Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. /Dok Iwan

INDOBALINEWS - Usai DPR RI menyetujui penggabungan sebagian tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga menjadi Kemendikbudristek melalui rapat paripurna, sejumlah nama digadang-gadang pantas menduduki jabatan calon Kemendikbudristek .

Salah satu nama yang mencuat adalah Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Pengamat politik yang juga peneliti muda, Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari mengungkapkan pandangannya tentang sosok Abdul Mu’ti yang merupakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu.

Menurut Qodari, Abdul Mu'ti merupakan sosok yang memiliki alam pemikiran moderat dan toleran. Hal itu tentunya relevan di tengah suburnya paham radikal. "Jadi sudah saatnya institusi pendidikan Indonesia menjadi pintu penyemaian pemikiran toleran melawan radikalisme," ujar Qodari seperti yang dikutip indobalinews.com dari pernyataan resmi tertulisnya Selasa 13 April 2021.

Baca Juga: Sah Bikin SIM Tak Perlu Keluar Rumah, Begini Caranya

Baca Juga: Kepada Kanselir Jerman, Presiden Jokowi Bahas Keampuhan Prokes dan PPKM Turunkan Kasus Covid-19

Untuk itu Qodari mendukung Abdul Mu’ti untuk dipertimbangkan menjadi salah satu kandidat yang menjabat sebagai Menteri di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

“Pendidikan jadi pintu menuju penyemaian pemikiran radikal versus toleran. Kebetulan topik pidato Guru Besar Prof. Abdul Mu’ti Cocok. Buku-buku yang ditulis Prof. Abdul Mu’ti menggambarkan pemikiran Islamnya yang moderat dan toleran," jelasnya.

Soal penggabungan Kementerian Qodari berpendapat hal ini bisa dilakukan, jika Presiden Jokowi merencanakan untuk merombak (reshuffle) kabinet.

“Waktu itu kan diproyeksikan menjadi calon Wakil Menteri Pendidikan tetapi kan batal, konon kabarnya karena Muhammadiyah kurang berkenan, sebab dari NU Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama,” tutur Qodari.

Baca Juga: Kehabisan Uang Selama Pandemi, Bule Uzbekistan Jadi PSK di Bali

Baca Juga: Update Penanggulangan Covid-19 di Bali Selasa 13 April 2021, Kasus Positif Bertambah 150 Orang

Postur Kementerian sendiri, menurut Qodari menjadi proporsional, secara tradisi Menteri Pendidikan berasal dari latar belakang Muhammadiyah, sedangkan Kementerian Agama menjadi wilayahnya Nahdlatul Ulama (NU).

“Supaya imbang dan proporsional ada kemungkinan Prof. Abdul Mu’ti ini akan menjadi menjadi Menteri Pendidikan yang baru karena memang secara tradisi yang namanya Menteri Pendidikan itu biasanya punya latar belakang Muhammadiyah, sementara untuk NU jatahnya dari Menteri Agama, jadi klop kayaknya,” jelasnya.

Baca Juga: Kabar Buruk Buat Penggemar Real Madrid, Kapten Tim Sergio Ramos Positif Covid-19

Ditambah Qodari, Muhammadiyah akan mendukung bila Abdul Mu’ti diangkat jadi menteri, bukan wakil menteri sebagaimana tawaran pada reshuffle kabinet pada Januari 2021 kemarin. “Rasanya PP Muhammadiyah pasti dukung kalau Prof. Abdul Mu’ti jadi Mendikbudristek,” ungkap Qodari.

 

Kementerian Pendidikan menurut Qodari sudah saatnya dikembalikan kepada Muhammadiyah yang telah berpengalaman mengelola sekitar kurang lebih 162 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, sementara tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA lebih banyak lagi sebagaimana data bulan Agustus 2020.

Baca Juga: Terjadi Lagi WNA Bunuh Diri di Bali, Diduga Depresi Jerat Leher Pakai Kain Batik

“Itu cocok untuk Muhamadiyah karena Muhammadiyah itu punya Pendidikan Dasar dan Menengah, punya Pendidikan Tinggi, jadi punya skill soal Pendidikan Tinggi,” imbuh Qodari.

Penggabungan kedua institusi itu juga dianggap wajar karena masih satu rumpun demi mengoptimalkan kinerja Kementerian di masa mendatang.

“Saya melihatnya wajar dan buat saya pribadi melihat baik-baik, Kementerian ini digabungkan karena Mendikbud itu mengurusi Pendidikan Dasar dan Menengah kemudian Ristek Dikti itu pengaturan Pendidikan Tinggi. Kita tahu Pendidikan itu kan sebetulnya tidak terputus tapi merupakan suatu kesatuan di mana Pendidikan Menengah itu selanjutnya Pendidikan Tinggi, ”pungkasnya.***

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler