Baca Juga: Penyair Umbu Landu Paranggi Berpulang di Bali, Akan Dimakamkan di Sumba
Kendati begitu ia bersyukur banyak pihak di sana yang saling membantu. "Alhamdulillah anak saya bercerita ada yang menyarankan agar ia dan teman-temannya bisa makan di Keuskupan Kupang. Ada juga seorang Wakil Direktur di Polda NTT menawarkan mahasiswa untuk tidur dirumahnya. Tapi anak saya mengatakan masih bisa tidur di kos yang tak terlalu rusak bersama teman-teman," imbuh Tanti.
Ditambahkannya juga ia juga bersyukur masih ada gerai makanan siap saji yang akhirnya buka sehingga bisa diakses warga termasuk Kiko bersama teman-temannya.
Baca Juga: Residivis Nekat Lompat Jendela Kos, Curi Uang Buat Beli Baju Baru
Seperti yang juga dilaporkan oleh Kepala Biro Perum LKBN Antara NTT Bernadus Tokan, Kota Kupang gelap gulita dan warga bertahan di dalam rumah.
Banyak warga saat ini berburu lilin, mencari ke warung-warung di kegelapan malam yang telah berlangsung sejak Minggu 4 April 2021 lalu.
Bahkan, tak sedikit warga yang mencari rumah yang memiliki genset untuk sekadar mengecas telepon selular. Mereka rela membayar Rp5 ribu per jam untuk mengecas telepon selular.
Baca Juga: Kisah Viral Pasangan Dokter Sultan, Punya 25 ART Salah Satunya Khusus Beli Galon
Aditya, seorang mahasiswa mengatakan dirinya membayar Rp5 ribu untuk bisa mengecas HP. "Ini agar bisa berkomunikasi dengan orang tua," katanya seperti yang dikutip indobalinews.com dari antaranews.
Untuk telekomunikasi, terdapat titik tertentu yang bisa mendapatkan sinyal. "Dalam Kota Kupang ada sinyal seluler," katanya.