Angka Perceraian Meningkat Terus di Indonesia: Penyebabnya Toxic People

- 29 Oktober 2023, 06:08 WIB
Ilustrasi Perceraian
Ilustrasi Perceraian /Pixabay/

 

INDOBALINEWS - Sejak tahun 2015 angka perceraian meningkat pesat di Indoneia, bahkan pada tahun 2021, jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai, sedangkan jumlah pernikahan dalam satu tahun tersebut sebanyak 1,9 juta.

Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa tingginya angka perceraian di Indonesia disebabkan oleh orang-orang yang memberikan dampak buruk pada orang lain atau toxic people.

"Saat ini angka perceraian tinggi karena banyak keluarga asalnya adalah orang toksik bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toksik, atau orang toksik bertemu yang toksik juga, akhirnya berkelahi terus dan terjadilah perceraian,” kata Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu 28 Oktober 2023.

Baca Juga: Berapa Sih Dana Darurat yang Kamu Harus Punya? Intip 5 Faktor Berikut!

Hal tersebut disampaikan Hasto saat menjadi narasumber pada Konsolidasi Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang digelar di Jakarta Timur pada Jumat (27/10).

Ia juga menekankan bahwa pembangunan keluarga adalah fondasi utama tercapainya kemajuan bangsa, yang telah diartikan oleh BKKBN sebagai upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dan hidup dalam lingkungan yang sehat.

"Caranya banyak sekali, dan kebijakannya itu dengan membangun ketahanan keluarga. Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius, di mana tahun 2030 harus terlampaui dengan baik, tidak ada yang kelaparan, tidak ada yang miskin ekstrem, stuntingnya harus sudah turun jauh, dan pendidikannya harus bagus," katanya diansir Antara.

Baca Juga: Cara Cetak Kartu Ujian SKD dan Pelaksanaannya Simak Ini Para Pejuang NIP!

Demi mengurangi angka perceraian tersebut, Hasto menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga dengan asah, asih, dan asuh.

"Asah yakni diajari ilmu agama yg baik, asih yaitu dikasihi dengan sebaik-baiknya, asuh yakni diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik," ujar dia.

Terkait tunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, tetapi yang paling besar yakni akibat pernikahan terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak ibu melahirkan, dan terlalu banyak anak (4T).

Baca Juga: Resolusi Gencatan Senjata Kemanusiaan PBB terhadap Konflik Gaza: 14 Negara Menolak Termasuk AS

“Stunting itu menjadi momok bagi bangsa karena pendapatan orang stunting 20 persen lebih rendah dibandingkan yang tidak stunting, sehingga kalau kita ingin keluar dari pendapatan kelas menengah untuk menuju Indonesia Emas, berat sekali kalau stuntingnya terlalu banyak," tuturnya. ***


Editor: Shira Ade

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah