Penyair Zawawi Imron: Kita Tak Mungkin Menolak Sastra

- 19 September 2021, 15:42 WIB
Penyair Zawawi Imron
Penyair Zawawi Imron /Satupena

INDOBALINEWS – Manusia tidak bisa menolak sastra, kecuali jika manusia itu tidak punya nama, karena manusia sejak kecil sudah dikenalkan dengan sastra itu sendiri melalui namanya.

Hal itu ditegaskan penyair senior D. Zawawi Imron, dalam  Obrolan HATI PENA #5, bertema “Kata dan Mantra Kala Pandemi,” di Jakarta, Minggu, 19 September 2021.

Zawawi adalah penerima penghargaan The SEA Write Award, Bangkok (2012).

Baca Juga: Denny JA: Pandemi Lahirkan Karya Sastra Besar yang Menyentuh

Acara ini menampilkan lebih dari 30 penyair dan penulis dari berbagai latar belakang profesi. Sedangkan total peserta yang berpartisipasai sekitar 100 orang. Ada dosen, wartawan, diplomat, jenderal purnawirawan, pengusaha, aktivis sosial, dan sebagainya.

Di acara itu, tampil juga Fakhrunnas MA Jabbar, penerima National Writer’s Award SATUPENA kategori fiksi (2021).

Acara ini dibuka oleh Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA.

Dalam acara itu, Zawawi membacakan empat puisi karyanya. Yakni, puisi berjudul: “Ibu”; “Tanah Sajadah”; “Sungai Kecil”  dan “Zikir.”

Baca Juga: Pengeliling Bumi Pertama adalah Orang Indonesia, Enrique Maluku Namanya

Zawawi membacakan puisi-puisinya dengan ekspresif dan penuh penghayatan. Ia hapal di luar kepala puisi-puisinya itu.

Tak heran, jika para pendengar terpukau oleh pembacaan puisi Zawawi.

“Masya Allah, merinding denger puisi njenengan Kiai,” ujar Hustriani, salah satu peserta obrolan.

Zawawi Imron lahir di Desa Batang Batang, Sumenep, Jawa Timur.

Baca Juga: 'Kamar Perawan', Film Pendek Barlatar Kisah Nyata Penuh Mitis dan Panas

Dia mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1982. Bakat kepenyairannya ditemukan oleh sastrawan Subagio Sastrowardojo. ***

 

 

 

 

Editor: Riyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah