Tak Kuat Menahan Derita Lewati Pandemi di Bali, Guide Jepang Gantung Diri

- 6 April 2021, 14:55 WIB
Petugas medis dan aparat berwenang dengan prokes evakuasi di masa pandemi membawa jenasah guide Jepang yang gantung diri di penginapannya di Denpasar Bali Senin 5 April 2021.
Petugas medis dan aparat berwenang dengan prokes evakuasi di masa pandemi membawa jenasah guide Jepang yang gantung diri di penginapannya di Denpasar Bali Senin 5 April 2021. /Dok Humas Polresta Denpasar Bali

INDOBALINEWS - Pandemi Corona yang berkepanjangan setahun lewat memaksa para pekerja industri pariwisata di Bali bertahan menanti cahaya terang akan bangkitnya dunia industri yang dulu lama berjaya ini.

Banyak yang bertahan melewati masa-masa suram setahun berlalu hingga kabar vaksinasi akan segera mengakhiri kesuraman ini. Tapi ada yang kemungkinan tak kuat dan memilih jalan pintas.

Seperti yang dialami Nobuaki Takahashi (52) warganegara Jepang yang sejak tahun 2019 bekerja sebagai pemandu wisata di Bali. Setelah lama tak bekerja karena tak ada tamu, temannya menemukan guide Jepang ini gantung diri  Senin 5 April 2021 di sebuah penginapan yang selama di Bali jadi tempat tinggalnya.

Baca Juga: Menko PKM : Kondisi Darurat Pandemi, Salat Tarawih di Masjid Tidak Terlalu Panjang

Baca Juga: Bencana Alam di NTT 2.019 KK Mengungsi 1.038 KK Terdampak dan 128 Orang Meninggal

Menurut Kabag Humas Polresta Denpasar Iptu Ketut Sukadi guide Jepang ini ditemukan tewas di sebuah guest house di Jalan Tukad Batanghari Denpasar, Bali. Diduga ia memilih bunuh diri lantaran tidak lagi punya pekerjaan sejak pandemi Covid-19. Selain itu beberapa hari belakangan menurut keterangan saksi, pria kelahiran 25 Agustus 1968 ini terserang sakit kepala.

"Korban ditemukan gantung diri di pintu kamar mandi," kata Kasubag Humas Polresta Denpasar Iptu Ketut Sukadi seperti yang dikutip indobalinews.com Selasa 6 April 2021.

Ditambahkan juga oleh Iptu Sukadi, Nobuaki ditemukan telah tergantung oleh temannya saat akan mengantar makanan.  Teguh Budi Santoso teman korban mengakui bahwa sejak tanggal 17 Maret 2021 lalu korban mengeluh sakit kepala dan berjalan seperti orang sempoyongan.

Baca Juga: Kupang NTT Bak Kota Mati, Ini Kisah Mahasiswa Perantauan Pasca Bencana

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x