Kesakralan sumber mata air itu dijaga dengan pembuatan pelinggih atau tempat pemujaan di setiap sumber air. Di sisi lain, masyarakat Bali juga meyakini akan datangnya malapetaka jika air tidak dikelola dan terjaga dengan baik.
“Kami yakin malapetaka seperti kekeringan, tanggul jebol, banjir bandang dan lainnya akan melanda jika air tak dijaga,” imbuhnya.
Mengingat pentingnya manfaat air bagi kehidupan, Mahendra Jaya menyambut baik penyelenggaraan WWF di Bali pada Mei 2024 mendatang.
“Ini merupakan kehormatan bagi Pemprov dan seluruh masyarakat Bali. Atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi Bali, saya menghaturkan banyak terima kasih,” tandasnya.
Menurutnya, forum ini memiliki makna yang sangat penting dan strategis yaitu sebagai wadah bagi para ilmuwan dan praktisi dalam berbagi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam upaya menemukan solusi atas isu-isu permasalahan air.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki Hadimuljono menginformasikan bahwa rapat konsultasi stakeholder melibatkan 1.094 peserta dan 258 orang diantaranya merupakan peserta luar negeri yang berasal dari 73 negara. Menurutnya, Bali patut berbangga karena tingginya antusiasme peserta dalam mengikuti forum ini.
“Ini baru SCM sudah menarik perhatian, apalagi nanti pada saat forumnya berlangsung. Kita harap akan sukses dan membawa manfaat nyata bagi tata kelola air yang lebih baik,” ujar Basuki.
Baca Juga: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Denpasar Musnahkan 69.370 Berkas
Lebih jauh ia menerangkan ini merupakan SCM ke-2 menyusul kegiatan serupa yang dilaksanakan Februari 2023 lalu. “Ini merupakan tahap persiapan terakhir menuju WWF pada Mei 2024 mendatang,” sebutnya.