Afghanistan Krisis Keuangan, Warga Menjual Barang untuk Menyambung Hidup

14 September 2021, 20:21 WIB
Warga Afghanistan berjalan di samping pagar besi untuk mengungsi keluar dari krisis negeri itu. /Abdul Khaliq Achakzai/REUTERS

INDOBALINEWS - Afghanistan menghadapi krisis keuangan sejak Taliban menguasai ibu kota Kabul pada 15 Agustus 2021.

Banyak warga Afghanistan menjual barang-barangnya agar bisa memperoleh uang tunai demi bisa bertahan hidup.

Shukrullah, seorang warga Afghanistan membawa empat karpet untuk dijual di Kabul, tepatnya di Chaman-e Hozori. Di area ini telah penuh dengan barang-barang rumah tangga yang digelar untuk dijual.

Baca Juga: Empat Angota Polri di Tual Maluku Dipecat, Dari Disersi Sampai Beristri Dua

Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Sentral AS telah memutus akses Afghanistan ke dana internasional dalam beberapa pekan terakhir.

Bank-bank di seluruh Afghanistan tutup dan banyak ATM tidak bisa mengeluarkan uang tunai.

Ketika bank-bank dibuka kembali, diberlakukan batas penarikan 20.000 Afghan (232 dolar AS) atau sekitar Rp3,3 juta per minggunya.

Ratusan orang harus antre berhari-hari di luar bank, menunggu kesempatan untuk tarik dana.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang Sampai 20 September, Ini Syarat Penerbangan Terbaru di Jawa dan Luar Jawa-Bali

Bagi keluarga seperti Shukrullah, menunggu di luar lembaga keuangan yang penuh sesak bukanlah pilihan.

“Kami beli karpet ini harganya 48.000 Afghan (sekitar Rp7,9 juta), sekarang saya jual dapatnya tak lebih dari 5.000 Afghan (sekitar Rp800 ribu),” kata Shukrullah, dikutip Indobalinews dari Al Jazeera, Selasa 14 September 2021.

PBB memperingatkan kemiskinan di Afghanistan bisa meningkat 25 persen dengan banyak penduduk bergegas untuk menjual barang-barang mereka jauh di bawah nilai

Kegentingan yang akan datang dan krisis likuiditas saat ini sudah terlihat di beberapa lingkungan di seluruh kota, di mana orang menjual apa pun yang bisa mereka jual, untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok.

Baca Juga: Liga Champions, Ini Prediksi Susunan Pemain Barcelona vs Bayern Muenchen

Afghanistan telah mengalami perlambatan ekonomi yang diperburuk oleh pandemi Covid-19 dan kekeringan panjang. Kondisi ini makin menghancurkan ekonomi yang bergantung pada pertanian.

Dalam laporan yang dirilis pekan lalu, PBB memperingatkan lebih dari 97 persen populasi bisa jatuh di bawah garis kemiskinan pada pertengahan 2022.

Sekjen PBB Antonio Guterres telah mengadakan KTT bantuan kemanusiaan Afghanistan di Jenewa dalam upaya mengumpulkan dana $600 juta, dan sepertiganya akan digunakan untuk bantuan makanan.

Selama 20 tahun terakhir, 40 persen dari PDB Afghanistan berasal dari bantuan internasional, dan kini dengan banyak negara menolak mengakui pemerintah Taliban, para ahli memperingatkan negara itu sedang menuju bencana ekonomi.***

 

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler