Kesaksian Dokter di RS Al Shifa Gaza: 'Tank Menembak Terus, Kami Menunggu Titik Akhir Bisa Bertahan atau Tidak

16 November 2023, 14:10 WIB
Kondisi RS Al-Shifa usai digeledah dan ditembaki pasukan penjajah Israel, Rabu dini hari, 15 November 2023. /Foto/Tangkapan layar video Al Jazeera

 

 

INDOBALINEWS - Perang di Gaza , konflik Israel Palestina terus meninggi, hampir tak ada satu tempat pun yang mampu menghindari ketakutan dari desing senjata. Pun rumah sakit yang semestinya tempat menyelamatkan banyak nyawa.

Bahkan dari kesaksian seorang dokter di rumah sakit Al Shifa di Gaza diketahui orang-orang mulai menggali kuburan massal di dalam kompleks rumah sakit pada Selasa 14 November 2023 untuk menguburkan sekitar 100 jenazah pasien yang membusuk. Tiga bayi baru lahir meninggal setelah harus dipindahkan dari inkubator ke tempat tidur biasa.

Diungkapkan bahwa para staf, pasien, dan pengungsi Palestina yang berlindung di sana ketakutan ketika pasukan Israel menyerbu kompleks fasilitas medis tersebut.

Baca Juga: Irak vs Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Tayang di TV Apa? Cek Link Live Streaming di Sini

Dr Ahmed El Mokhallalati, seorang ahli bedah yang lahir di Irlandia serta menjalani pelatihan di Kairo dan berpraktek di London itu mengatakan ledakan dan tembakan yang dia dan orang lain dengar di rumah sakit selama lebih dari sebulan tiba-tiba meningkat pada Selasa malam. “Suaranya sungguh mengerikan, semua orang benar-benar ketakutan. Itu adalah penembakan terus menerus dari tank,” katanya melalui sambungan telepon dilansir Antara dari Reuters.

“Dan kemudian kami menyadari bahwa tank-tank tersebut bergerak di sekitar rumah sakit. Salah satu tank besar masuk ke dalam rumah sakit dari gerbang utama timur, dan mereka baru saja diparkir di depan unit gawat darurat rumah sakit," lanjutnya.

Baca Juga: Lyodra Ginting Juga Kena Tipu Tiket Palsu Konser Coldplay di Jakarta, Cek Faktanya

 

Berbicara pada Rabu 15 November 2023 pagi, dia mengaku merasa lega ketika pasukan akhirnya memasuki kompleks meskipun para staf tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka, karena ketakutan terhadap bombardemen Israel dari luar rumah sakit sangat besar.

"Semua jenis senjata digunakan di sekitar rumah sakit. Mereka menargetkan rumah sakit secara langsung. Kami berusaha menghindari berada di dekat jendela," papar dia, serta menggambarkan lubang besar yang menembus dinding sebuah ruangan di gedung rawat jalan.

Mokhallalati mengatakan Israel telah memperingatkan pemerintah sebelum serangan itu, tetapi stafnya tidak tahu bagaimana serangan itu akan dilakukan.

Baca Juga: Kasus Dugaan Pungli Fast Track Bandara Ngurah Rai, Kejati Tetapkan 1 Tersangka, 4 Oknum Petugas Masih Saksi

Ketika dihubungi beberapa saat kemudian, dia mengatakan pasukan Israel bergerak di antara gedung rumah sakit, yang benar-benar dalam keadaan sunyi senyap.

“Tidak ada yang melakukan operasi, tidak ada yang melihat siapa pun. Kami semua menunggu titik akhir dari kejadian ini, apakah kami akan bertahan saat ini atau tidak. Kami tidak dapat melakukan apa pun, kami semua menunggu hingga serangan selesai atau berakhir," ucapnya.

Baca Juga: 2 WN Pakistan Dideportasi dari Jakarta gegara Ngemis ke Rumah Warga di Kemayoran, Jakpus

Nasib Al Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, telah menjadi fokus kekhawatiran internasional karena kondisi yang semakin buruk karena persediaan bahan bakar, obat-obatan, makanan dan air semakin berkurang.

“Kami kehilangan banyak sekali, semakin banyak pasien ICU, hampir lima orang setiap hari, karena kekurangan oksigen yang sangat penting bagi pasien ini,” ungkapnya. ***

Editor: Shira Ade

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler