Pascaserangan 11 September 2001, Derita Muslim Amerika: Dirundung hingga Jadi Target Komentar Rasis

- 10 September 2021, 15:02 WIB
Seseorang berjalan di dekat kolam peringatan di Memorial 11 September & Museum New York City.
Seseorang berjalan di dekat kolam peringatan di Memorial 11 September & Museum New York City. /ANDREW KELLY/REUTERS

Sheikh dan keluarganya bukanlah satu-satunya, banyak warga negara muslim Amerika lainnya mengalami hal serupa.

Masa pertengahan pascaserangan 11 September 2001, kejahatan berbasis kebencian terhadap muslim Amerika terus meningkat.

Data FBI menunjukkan dari 28 kasus pada 2000 meningkat tajam jadi 481 kasus pada 2001 di seluruh penjuru Amerika.

Jumlah kejahatan anti muslim masih tetap tinggi setelahnya. FBI mencatat ada 219 kasus ditahun 2019.

Baca Juga: Penunjukan Sirajuddin Haqqani dalam Pemerintahan Taliban, Tampar Muka Amerika dan Sekutunya

"Pascaserangan 11 september 2001 kebencian dan diskriminasi melonjak," kata Sumayah Waheed, konsultan di Muslim Advocates, sebuah lembaga pembela hak-hak sipil berbasis di Washington, DC.

"Kehidupan sehari-hari muslim Amerika tiba-tiba jadi objek konsumsi publik, keyakinan agamanya diganggu berbau rasial, dan seluruh komunitas diawasi masyarakat Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya," tambahnya.

Pemerintah AS pun tiba-tiba meningkatkan keamanan serentak di seluruh bandara dan  kantor-kantor pemerintahan.

Selanjutnya, Kongres berhasil meloloskan Patriot Act, sebuah UU yang memungkinkan lembaga penegak hukum AS melacak kegiatan warga Amerika dengan cara memonitor komunikasi baik secara online maupun per-telepon.

Baca Juga: Arab Saudi Dukung Penuh Dibukanya Dokumen Rahasia Tragedi 11 September 2001

Halaman:

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah