Afghanistan Krisis Keuangan, Warga Menjual Barang untuk Menyambung Hidup

- 14 September 2021, 20:21 WIB
Warga Afghanistan berjalan di samping pagar besi untuk mengungsi keluar dari krisis negeri itu.
Warga Afghanistan berjalan di samping pagar besi untuk mengungsi keluar dari krisis negeri itu. /Abdul Khaliq Achakzai/REUTERS

Bagi keluarga seperti Shukrullah, menunggu di luar lembaga keuangan yang penuh sesak bukanlah pilihan.

“Kami beli karpet ini harganya 48.000 Afghan (sekitar Rp7,9 juta), sekarang saya jual dapatnya tak lebih dari 5.000 Afghan (sekitar Rp800 ribu),” kata Shukrullah, dikutip Indobalinews dari Al Jazeera, Selasa 14 September 2021.

PBB memperingatkan kemiskinan di Afghanistan bisa meningkat 25 persen dengan banyak penduduk bergegas untuk menjual barang-barang mereka jauh di bawah nilai

Kegentingan yang akan datang dan krisis likuiditas saat ini sudah terlihat di beberapa lingkungan di seluruh kota, di mana orang menjual apa pun yang bisa mereka jual, untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok.

Baca Juga: Liga Champions, Ini Prediksi Susunan Pemain Barcelona vs Bayern Muenchen

Afghanistan telah mengalami perlambatan ekonomi yang diperburuk oleh pandemi Covid-19 dan kekeringan panjang. Kondisi ini makin menghancurkan ekonomi yang bergantung pada pertanian.

Dalam laporan yang dirilis pekan lalu, PBB memperingatkan lebih dari 97 persen populasi bisa jatuh di bawah garis kemiskinan pada pertengahan 2022.

Sekjen PBB Antonio Guterres telah mengadakan KTT bantuan kemanusiaan Afghanistan di Jenewa dalam upaya mengumpulkan dana $600 juta, dan sepertiganya akan digunakan untuk bantuan makanan.

Selama 20 tahun terakhir, 40 persen dari PDB Afghanistan berasal dari bantuan internasional, dan kini dengan banyak negara menolak mengakui pemerintah Taliban, para ahli memperingatkan negara itu sedang menuju bencana ekonomi.***

 

Halaman:

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah